New York (ANTARA) - Saham-saham Asia diprediksi akan menguat pada perdagangan Kamis, mengikuti momentum Wall Street, setelah laporan harga-harga konsumen AS menenangkan kekhawatiran tentang inflasi, membantu mengangkat indeks Dow Jones Industrial Average ke rekor penutupan tertinggi.

Indeks S&P/ASX 200 Australia naik 0,12 persen pada awal perdagangan, indeks berjangka Nikkei 225 Jepang naik tipis 0,02 persen, indeks berjangka Hang Seng Hong Kong sedikit menguat 0,03 persen, dan indeks berjangka E-mini untuk S&P 500 naik 0,24 persen.

“Saya pikir kita akan melihat dukungan yang baik untuk pasar Asia hari ini di seluruh kawasan,” kata Michael McCarthy, kepala strategi pasar di CMC Markets. “Perdagangan reflasi kembali aktif. Kami melihat obligasi dan saham menguat bersama dan sedikit penurunan pada dolar AS, yang juga menunjukkan peningkatan sentimen."

Departemen Tenaga Kerja AS mengatakan indeks harga konsumennya naik 0,4 persen pada Februari, sejalan dengan ekspektasi, setelah kenaikan 0,3 persen pada Januari. IHK inti, yang tidak termasuk makanan yang mudah berubah dan komponen energi, naik tipis 0,1 persen, sedikit di bawah perkiraan 0,2 persen.

Baca juga: Saham Asia diperkirakan ikuti tren Wall Street, fokus beralih ke China

Sementara sebagian besar analis memperkirakan kenaikan inflasi karena peluncuran vaksin mengarah pada pembukaan kembali ekonomi, kekhawatiran tetap ada bahwa stimulus tambahan dalam bentuk paket bantuan virus corona senilai 1,9 triliun dolar AS yang akan ditandatangani oleh Presiden AS Joe Biden dapat menyebabkan ekonomi terlalu panas.

Dewan Perwakilan Rakyat AS memberikan persetujuan akhir pada Rabu (10/3/2021) untuk rancangan undang-undang tersebut, salah satu langkah stimulus ekonomi terbesar dalam sejarah AS.

Imbal hasil obligasi pemerintah AS turun pada Rabu (10/3/2021) setelah lelang obigasi pemerintah AS 10-tahun yang dijadikan acuan menunjukkan permintaan kurang antusias dengan rasio bid-to-cover (ukuran permintaan sekuritas tertentu selama penawaran dan lelang) yang lebih rendah dari rata-rata.

Investor sekarang akan mengincar lelang surat utang AS 30-tahun pada Kamis waktu setempat, berusaha menutupi kekurangan besar-besaran. Lelang obligasi tujuh tahun yang lemah pada akhir Februari membantu memicu kekhawatiran inflasi dan mengirim imbal hasil lebih tinggi.

Baca juga: Saham Asia diprediksi menguat didukung prospek pemulihan global

Penurunan imbal hasil obligasi 10-tahun setelah lelang, tidak cukup untuk membantu Nasdaq yang sangat padat teknologi, yang tertinggal dari Dow dan S&P 500 setelah pergerakannya yang kuat pada Selasa (9/3/2021), karena investor tetap dengan saham-saham yang diharapkan mendapat manfaat dari pembukaan kembali ekonomi seperti keuangan.

Indeks Dow Jones Industrial Average melonjak 1,45 persen ke rekor penutupan tertinggi, S&P 500 naik 0,60 persen dan Komposit Nasdaq turun 0,04 persen. Indeks-indeks utama Eropa juga melayang di dekat level tertinggi sebelum pandemi.

Indeks MSCI yang melacak saham-saham di seluruh dunia naik 0,09 persen.

Emas menghapus kerugian sebelumnya, mencapai tertinggi satu minggu pada Rabu (10/3/2021), karena imbal hasil obligasi pemerintah AS menurun.

Harga emas spot naik 0,1234 dolar AS atau 0,01 persen menjadi 1.726,17 dolar AS per ounce. Emas berjangka AS ditutup 0,3 persen lebih tinggi menjadi 1.721,80 dolar AS.

Dolar bergerak melemah mengikuti data ekonomi. Indeks dolar turun 0,21 persen, dengan euro melemah 0,01 persen menjadi 1,1924 dolar AS.

Harga minyak kembali naik setelah dua hari turun beruntun, ketika Badan Informasi Energi AS melaporkan persediaan yang lebih besar dari perkiraan.

Minyak mentah berjangka AS ditutup pada 64,44 dolar AS per barel, naik 43 sen atau 0,67 persen. Minyak mentah berjangka Brent menetap di 67,90 dolar AS per barel, naik 38 sen atau 0,56 persen.

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2021