Jakarta (ANTARA) - Masjid Babah Alun Desaridi Kecamatan Cilandak, Jakarta Selatan, menjadi destinasi wisata religi baru bagi masyarakat sekitar maupun yang datang dari luar Kota Jakarta.

Sekretaris Kota Jakarta Selatan, Munjirin saat ditemui Jumat, mengatakan letak masjid yang berada di pinggir Tol Depok-Antasari (Desari) menjadi tempat istirahat "rest area" bagi pengguna jalan tol yang datang dari berbagai wilayah.

"Hadirnya Masjid Baba Alun Desari punya arti tersendiri, karena bentuknya yang unik membuat masyarakat tertarik untuk datang, secara tidak langsung keberadaannya mengenalkan Kota Jakarta Selatan kepada masyarakat luas," kata Munjirin saat menghadiri Shalat Jumat di Masjid Babah Alun Desari yang bertepatan dengan perayaan Tahun Baru Imlek.

Munjirin menyebutkan, Pemerintah Kota Jakarta Selatan secara tidak langsung mendapat manfaat dengan hadirnya Masjid Babah Alun Desari.

Kegiatan-kegiatan sosial yang dilakukan oleh Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) dirasakan langsung oleh masyarakat lewat santunan-santunan yang diberikan pada bulan Ramadhan maupun seperti perayaan Imlek kali ini.

Pada perayaan Imlek kali ini, pendiri Masjid Babah Alun Desari, Muhammad Jusuf Hamka membagi-bagikan angpao kepada masyarakat dhuafa dan anak yatim.

"Selain itu masyarakat sekitar ada yang bekerja di lingkungan masjid, tentu ini sumber mata pencaharian," kata Munjirin.

Baca juga: Masjid Babah Alun Desari dibangun oleh mantan jawara Pasar Baru
Baca juga: Meriahkan Imlek Masjid Babah Alun Desari bagikan angpao
Seorang warga sedang beribadah shalat di Masjid Babah Alun Desari yang terletak di Kecamatan Cilandak, Jakarta Selatan, Jumat (12/2/2021) (ANTARA/Laily Rahmawaty)

Masjid Babah Alun Desari diresmikan oleh Sekretaris Daerah DKI Jakarta Marullah Matali  saat masih menjabat sebagai Wali Kota Jakarta Selatan pada Agustus 2020 bertepatan dengan Tahun Baru Islam 1442 Hijriyah.

"Harapan kita memang masjid ini menjadi destinasi wisata religi di Jakarta Selatan," kata Munjirin.

Masjid yang berdiri di atas tanah sekitar 450 meter persegi terdiri atas tiga bangunan, yakni bangunan utama masjid, gedung serba guna dan pojok halal.

Gedung serba guna berada di lantai atas sisi kiri bangunan masjid, pada lantai dasarnya adalah tempat wudhu. Pada sisi kanan terdapat pojok halal, semacam minimarket yang menyediakan produk makanan dan minuman terjamin kehalalannya dengan harga terjangkau. Pada bagian lantai atasnya merupakan kantor dari DKM Babah Alun Desari.

Sementara itu, bangunan utama masjid terdiri atas satu lantai yang ditinggikan, memiliki luas sekitar 200 meter persegi.

Ruang shalat di lantai dasar memiliki daya tampung hingga 200 orang. Sedangkan bagian lantai atas dibuat seperti bangunan bundar karena mengikuti bentuk kubah, digunakan untuk perpustakaan dan ruang membaca.

Yang paling mencolok dari bangunan masjid ini, selain bentuknya menyerupai bangunan etnis Tionghoa, diperkuat dengan warna merah dominan, kuning serta putih gading.

Masjid diperindah dengan ornamen-ornamen negeri Tirai Bambu pada bagian jendela, pintu hingga pilar masjid dan jurai luar atap bangunan.

Muhammad Jusuf Hamka, sebagai pembangun masjid mengirimkan sekitar 20 pekerja termasuk arsiteknya ke Xinjiang, China, untuk mempelajari langsung bangunan asli masyarakat setempat.

"Di masjid ini ada gedung serba guna, saya sebutnya bale rakyat. Silahkan masyarakat yang ingin mengadakan hajatan, pesta pernikahan, atau kegiatan apapun gratis, asalkan menjaga kenyamanan sesuai tuntutan Islam, tidak boleh ada makanan-makanan haram, alkohol dan segalanya," kata Jusuf.

Pewarta: Laily Rahmawaty
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2021