Jakarta (ANTARA) - Pengusaha biro perjalanan umrah dan haji di wilayah Jakarta Selatan mulai membuka kembali layanan keberangkatan umrah setelah Pemerintah Arab Saudi memutuskan menerima jamaah yang hendak beribadah di Kota Suci Mekah dan Madinah.

"Tentu kami sudah beraktivitas, membuka kembali layanan, baik untuk jamaah umrah yang baru mendaftar maupun yang sudah mendaftar sebelumnya," kata pendiri sekaligus pemilik Biro Perjalanan Umrah dan Haji Khusus Fatour Travel Indonesia, Firman Chandra saat dikonfirmasi ANTARA di Jakarta, Selasa.

Firman yang juga Ketua Bidang Advokasi Dewan Pimpinan Pusat Asosiasi Muslim Penyelenggara Haji, Umrah Republik Indonesia (Amphuri) menyebutkan kegiatan perjalanan umrah pertama diawali dengan memberangkatkan pengurus DPP Amphuri ke Mekah.

Sebanyak 250 pengurus DPP Amphuri yang berasal dari seluruh wilayah Indonesia berangkat menuju Jeddah pada 1 November 2020.

Keberangkatan DPP Amphuri merupakan regu pertama asosiasi pengusaha biro perjalan haji dan umrah dari Indonesia dan merupakan biro umrah kedua di dunia setelah Pakistan yang berangkat ke Jeddah.

"Tujuan keberangkatannya adalah untuk mengecek seperti apa umrah di masa new normal ini, karena banyak yang berubah dan ada pengetatan," kata Firman.

Menurut Firman, beberapa yang berubah pada pelaksanaan umrah dimulai dari maskapai penerbangan yang boleh membawa jamaah hanyalah Saudi Airline, maskapai lainnya belum tersedia.

Baca juga: AMPHURI: Pembatasan jamaah haji oleh Saudi bentuk kehati-hatian

Perubahan berikutnya adalah jamaah wajib menjalani tes deteksi COVID-19 (PCR) di bandara. Apabila jamaah telah mengantongi tiket maskapai, tetapi hasil tes PCR menunjukkan positif, maka jamaah tersebut tidak dibolehkan berangkatdan uang keberangkatan diganti oleh biro perjalanan.

"Aturan baru sekarang, jamaah yang berangkat langsung dibawa ke Jeddah, di sana diisolasi dulu selama tiga hari di hotel, tidak boleh keluar hotel," kata Firman.

Dengan adanya masa isolasi ini, maka lama hari pelaksanaan umrah yang sebelumnya pandemi hanya sembilan hari, kini bertambah menjadi 12 hari.

Selain jumlah hari pelaksanaan yang berubah, kelas hotel yang ditempati oleh jamaah juga harus bintang empat dan lima. Jika sebelum pandemi, jamaah bisa tinggal di hotel bintang tiga, saat ini hotel yang dibolehkan bintang lima.

"Karena pertimbangannya, jika sewaktu-waktu jamaah bosan di dalam kamar bisa jalan-jalan di lobby, yang punya lobby hanya hotel kelas lima saja," katanya.

Selama isolasi di hotel, jamaah hanya bisa beribadah di lingkungan hotel, tidak dibolehkan ke Masjidil Haram atau masjid di luar hotel.

Demikian pula untuk makanan, pihak hotel tidak lagi menyediakan makanan prasmanan. Semua diantar ke kamar dengan menu standar bintang lima. "Untuk isi kamar juga dibatasi hanya boleh dua orang, kalau sebelum pandemi empat orang satu kamar," katanya.

Baca juga: AMPHURI upayakan tak ada yang dirugikan penghentian sementara umrah

Pihak hotel memiliki petugas yang mengawasi pergerakan jamaah. Jika ada yang keluar dari hotel selama masa isolasi akan diberi teguran oleh petugas bernama Muhasasah.

Setelah tiga hari karantina, sebelum ke Masjidil Haram, wajib dites PCR terlebih dahulu, untuk memastikan jamaah benar-benar dalam kondisi sehat. "Umrah sekarang itu sangat limitasi, ini tujuannya untuk mencegah pandemi COVID-19 inikan," kata Firman.

Menurut Firman, setelah pemberangkatan pertama ini, akan ada pemberangkatan jamaah umrah selanjutnya pada 8 November 2020, dengan jumlah jamaah masih fluktuatif. Kepastian data jumlah baru akan diperoleh pada 5-6 November.

Sebagian besar dari jamaah yang akan diberangkatkan tersebut merupakan jamaah yang penerbangannya sempat tertunda (delay) sejak Pemerintah Kerajaan Arab Saudi menutup layanan umrah dan haji.

"Jamaah baru mendaftar juga ada, tapi kita prioritaskan yang berangkat duluan adalah jamaah yang sempat delay," kata Firman.

 

Pewarta: Laily Rahmawaty
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2020