Jakarta (ANTARA) - Presiden Joko Widodo menginginkan ada pelatihan khusus yang melibatkan WHO terkait cara memperlakukan Vaksin COVID-19 sebelum implementasi vaksinasi di kalangan masyarakat.

“Masalah yang berkaitan dengan lapangan, perlu persiapan dalam implementasi, juga berkaitan dengan training-training. Jangan menganggap enteng, ini tidak mudah,” kata Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat rapat terbatas dengan topik Antisipasi Penyebaran COVID-19 Saat Libur Panjang Akhir Oktober Tahun 2020 dari Istana Merdeka Jakarta, Senin.

Kepala Negara menekankan pentingnya pelatihan khusus terkait cara membawa vaksin hingga menaruh atau menyimpannya.

Terlebih, katanya, karena jumlah vaksin yang akan disuntikkan dalam kapasitas yang sangat besar, selain juga memerlukan perlakuan yang berbeda-beda.

“Training membawa vaksin, training menaruh vaksin, karena ini dalam jumlah yang banyak karena vaksin pun ini harus mendapat treatment dan perlakuan yang beda-beda. Tiap vaksin beda-beda, dari G42 beda, dari Sinovac beda, dari AstraZeneca beda lagi, nyimpen di-cold storage-nya seperti apa, tidak boleh goncang atau boleh,” kata Presiden.

Oleh karena itu, ia meminta agar pihak terkait, seperti WHO, dilibatkan agar bisa memberikan pelatihan dengan standar yang jelas.

“Saya minta dilibatkan WHO, WHO Indonesia agar mereka bisa memberikan training-training sehingga standarnya menjadi jelas,” katanya.

Ia menekankan agar semua pihak berhati-hati menangani vaksin karena bukan merupakan sesuatu yang bisa digampangkan.

Baca juga: Pemerintah siapkan vaksin untuk tenaga medis hingga masyarakat miskin

“Hati-hati mengenai vaksin, bukan barang gampang ini, setelah saya pelajari semakin hari, saya yakin tidak mudah,” katanya.

Baca juga: Cek Fakta: Vaksin Sinovac mengandung babi dan racun berbahaya?

Presiden telah mendapatkan laporan dari Menteri BUMN bahwa saat ini vaksin produksi AstraZeneca akan dikirim perdana pada April 2021, dan setiap bulannya Indonesia akan mendapatkan sekitar 11 juta sampai total 100 juta vaksin.
Baca juga: Peneliti Indef perkirakan pemerintah butuh Rp75 triliun untuk vaksin

Pewarta: Hanni Sofia
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2020