Jakarta (ANTARA News) - Mainan anak-anak dan alat tulis kantor buatan China terlihat semakin membanjiri pasar di kawasan Pasar Pagi Asemka, Jalan Pinangsia, Jakarta Barat, yang menjadi salah satu lokasi perbelanjaan laris di Jakarta.

"Sekarang lebih laku produk China, selain murah juga disukai konsumen karena jenisnya yang beragam," kata Bahar, seorang pedagang mainan di toko Pamenan Toys, Pasar Pagi Asemka, Jakarta.

Bahar mengatakan, harga jual mainan anak-anak produk China lebih murah harganya dibanding buatan lokal karena memiliki agen importir khusus yang memiliki jaringan penjual di Indonesia.

Ia mengemukakan, produk mainan anak-anak buatan dalam negeri (lokal) kebanyakan produksi Atam Toys di daerah Condet, Jakarta Timur, dan Binangkit Multi persada di Sukabumi, Jawa Barat, tidak mampu bersaing dari biaya produksi.

Mainan anak-anak produk lokal biasanya berbahan baku non-toxic (tidak beracun) sehingga mahal, sedangkan produk China banyak yang masih menggunakkan bahan kimiawi. Misalnya, ia menyatakan, puzzle buatan lokal seharga Rp10.000 per buah dan Rp162.000 per lusin, sedangkan produk China dihargai Rp5.000 per buah dan selusinnya Rp60.000.

Senada dengan Bahar, Maryati yang juga pedagang mainan toko Riki Toys di daerah Cibinong, Jawa Barat, mengatakan bahwa setiap minggu dirinya menyambangi Pasar Pagi Asemka lantaran produknya yang diperlukannya lebih murah.

"Tiap minggu saya kesini buat belanja kebutuhan toko, selain pilihannya banyak dan murah, Produk China itu lebih mengikuti tren sehingga disukai konsumen saya yang anak anak SD, seperti tokoh kartun Naruto dan Avatar," ujarnya.

Ia pun mengemukakan, selusin robot berbahan baku karet seharga Rp60.000 per lusin, dan dapat di jual kembali senilai Rp15.000 per unit.

Sementara itu, Linda yang memiliki toko alat tulis kantor mengatakan, memiliki stok barang impor khususnya dari China sejak setahun lalu.

Di toko Galeri miliknya, menurut Linda, kini sama sekali tidak ada alat tulis kantor buatan lokal karena semuanya berasal dari China. (Yud/P003)

Pewarta:
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2010