Minsk (ANTARA) -  Pemimpin oposisi Belarus Svetlana Tikhanouskaya telah bergabung dengan anak-anaknya di negara tetangga Lithuania, kata menteri luar negeri Lithuania, Selasa, setelah dua malam bentrokan setelah Presiden Alexander Lukashenko terpilih kembali. 

Tikhanouskaya, yang berusia 37 tahun, muncul beberapa minggu lalu untuk menghadapi tantangan terbesar selama bertahun-tahun terhadap pemerintahan Lukashenko. Perempuan itu mencalonkan diri untuk bersaing dalam pemilihan presiden setelah suaminya, penulis blog, dipenjara.

"Svetlana #Tikhanovskaya aman. Dia berada di #Lithuania," kata Menteri Luar Negeri Lithuania Linas Linkevicius di Twitter.

Sebelumnya, kekhawatiran muncul tentang keberadaan Tikhanouskaya setelah tim kampanyenya mengatakan pada Senin (10/8) bahwa mereka tidak dapat menghubunginya melalui telepon setelah pemimpin oposisi itu diketahui meninggalkan pertemuan dengan para pejabat komisi pemilihan pusat.

Setidaknya satu orang tewas ketika polisi bentrok dengan pengunjuk rasa pada Senin setelah oposisi menuduh Lukashenko mencurangi pemungutan suara di tengah kritik luas dari para pemimpin negara-negara Barat.

Polisi yang memakai helm menembakkan gas air mata, peluru karet, dan granat kejut, serta menggunakan tongkat untuk membubarkan ribuan orang di Minsk pada malam kedua kekerasan. Para pengunjuk rasa mendirikan barikade di beberapa daerah dan melemparkan bom bensin.

Media lokal melaporkan bentrokan terjadi di kota-kota lain. 

Lukashenko, yang berkuasa selama lebih dari seperempat abad, membandingkan para pengunjuk rasa dengan geng kriminal dan revolusioner berbahaya yang mendapat dukungan dari pihak-pihak asing di belakang mereka.

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Mike Pompeo mengatakan pemilihan itu "tidak bebas dan adil" dan mengutuk "kekerasan yang berlangsung terhadap pengunjuk rasa dan penahanan terhadap pendukung oposisi."

Sejak 1995, para pengamat asing belum menilai pemilu di Belarus berlangsung bebas dan adil. Menjelang pemungutan suara bulan ini, pihak berwenang memenjarakan saingan-saingan Lukashenko dan membuka penyelidikan kriminal terhadap pihak lain yang menyuarakan oposisi.

Acara-acara kampanye Tikhanouskaya menarik sebagian besar orang sejak keruntuhan Uni Soviet pada 1991. Tikhanouskaya, mantan guru bahasa Inggris, pada awalnya enggan untuk maju ke pilpres. Ia mengatakan menerima ancaman dari pihak anonim bahwa anak-anaknya akan diculik. 

Tikhanouskaya telah memindahkan anak-anaknya ke luar negeri selama kampanye.

"Dia sedang beristirahat dengan anak-anaknya," kata juru bicara Kemlu Lithuania kepada Reuters melalui telepon.

Pada Senin, Tikhanouskaya mengatakan kepada wartawan bahwa dia menganggap dirinya sebagai pemenang pemilihan.

"Pihak berwenang perlu memikirkan cara damai untuk menyerahkan kekuasaan. Tentu saja kami tidak mengakui hasil itu," kata dia.

Sumber: Reuters 

 

Penerjemah: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2020