Jakarta (ANTARA) - Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan tahun ini tidak realistis untuk menggelar ajang olahraga yang berpotensi menimbulkan kerumuman, terutama bagi negara-negara dengan transmisi komunitas COVID-19 yang tinggi.

Direktur Kedaruratan WHO, Michael Ryan, mengatakan bahwa penyelenggaraan ajang olahraga justru bisa menjadi sebuah "bencana" apabila dihadiri langsung oleh ribuan hingga puluhan ribu penonton.

Dalam acara bincang-bincang melalui sosial media WHO, Ryan mengatakan tidak bisa memprediksi kapan ajang olahraga besar bisa kembali dilanjutkan.

"Kerumunan besar dengan 40, 50, 60 ribu orang. Itu tidak hanya berisiko saat di stadion, tetapi juga saat dalam perjalanan ke stadion, dalam transportasi umum," kata Ryan, seperti dikutip AFP, Rabu.

Baca juga: Juara Olimpiade lari 400m positif COVID-19 di Italia
Baca juga: Stadion Olimpiade Tokyo gelar kejuaraan atletik pada Agustus


Sejumlah ajang olahraga besar, seperti Olimpiade Tokyo dan Piala Euro 2020 sudah diundur hingga tahun depan. Sementara Liga Champions dan Liga Premier tetap berlangsung, meski tanpa penonton.

Menurut Ryan, keputusan tanpa penonton itu merupakan opsi terbaik saat ini apabila tetap ingin melanjutkan kompetisi. Tak hanya stadion, tempat-tempat umum lainnya, seperti bar pun masih agak sulit untuk dibuka kembali sepenuhnya.

"Kami semua ingin ajang olahraga kembali. Kami hanya harus berhati-hati untuk waktu yang lama," katanya.

"Saat ini, sulit bagi tempat-tempat untuk dibuka kembali sepenuhnya," ujarnya melengkapi.

Baca juga: Aturan baru FA bisa buat pemain di kartu merah karena batuk
Baca juga: Madrid Open batal digelar karena pandemi belum terkendali


Pewarta: Shofi Ayudiana
Editor: Gilang Galiartha
Copyright © ANTARA 2020