Guwahati (ANTARA) - Negara bagian di India timur laut, Assam, bergelut mencari plasma darah dari pasien yang telah sembuh dari COVID-19, yang diyakini kaya akan antibodi virus tersebut, meskipun penelitian tentang kemanjurannya belum pasti.

"Baru-baru ini, kami menginginkan plasma kelompok O untuk seorang pasien, seorang dokter," kata Menteri Kesehatan Assam Himanta Biswa Sarma kepada Reuters dalam sebuah wawancara.

Keberhasilan upaya keseluruhan sangat penting bagi Assam, salah satu negara bagian termiskin di India yang kekurangan remdesivir dan tocilizumab untuk mengobati pasien COVID-19 yang parah.

Delhi dan Negara Bagian Odisha juga mencari donor plasma karena total infeksi di India telah meningkat menjadi 1,4 juta kasus dengan hampir 33.000 kematian.

"Ketika kami mengetahui bahwa seseorang mau menyumbang, orang-orang pergi ke rumahnya dengan perahu, membawanya ke rumah sakit, dan menyelesaikan proses donor," ujar Sarma.

Dia menolak mengidentifikasi sang donor tetapi mengatakan penerima dalam kondisi baik.

Plasma dari orang yang sebelumnya terinfeksi dapat digunakan untuk mengobati hingga dua pasien yang sedang sakit, kata Sarma. Tanpa perawatan yang tepat waktu, kondisi pasien seperti itu berpotensi memburuk dan membuat persediaan obat-obatan menipis.

"Kami telah melihat bahwa jika kita memberikan plasma antara tahap sedang dan kritis, hasilnya sangat, sangat baik," kata dia.

Dengan kasus COVID-19 yang melonjak dan obat-obatan mulai menipis, pihak berwenang Assam memberikan keistimewaan kepada para pasien sembuh yang mau mendonorkan plasma darah mereka.

Pasien bergejala yang menyumbangkan plasma darah empat minggu setelah pemulihan akan mendapatkan keuntungan dalam pekerjaan dan perumahan pemerintah. Misalnya, seorang donor dapat memperoleh nilai tambahan jika ia  menjalani suatu tes atau wawancara untuk suatu pekerjaan.

Assam juga menawarkan untuk membayar biaya perjalanan dan biaya lain untuk para donor dari luar negara bagian itu, dan telah membuat para pekerja garis depannya menjelajahi negara bagian untuk membawa para peserta yang bersedia ke pusat-pusat donasi plasma.

Assam, yang juga dilanda banjir hingga menewaskan sekitar 100 orang dan menyebabkan dampak pada sekitar tiga juta lainnya, memprediksi infeksi virus corona akan memuncak pada pertengahan September. Sejauh ini, dilaporkan lebih dari 32.000 kasus dengan 79 kematian muncul di negara bagian itu.

Kebutuhan akan plasma darah muncul ketika India, negara pemasok obat generik dengan jumlah terbesar di dunia, berjuang untuk mengakhiri kekurangan remdesivir dan tocilizumab di dalam negeri.

Meskipun produsen obat asal Amerika Serikat, Gilead Sciences Inc, telah memberi wewenang kepada enam perusahaan yang beroperasi di India untuk membuat dan menjual versi generik remdesivir, hanya tiga dari mereka yang sejauh ini dapat mulai memproduksi persediaan.

Sarma mengatakan bahwa, hingga baru-baru ini, Assam hanya menerima 12-16 botol remdesivir sehari, lebih sedikit dibandingkan dengan permintaan untuk setidaknya 100 botol. Tetapi, situasi mereda ketika Assam mendapatkan 400 botol dari perusahaan lokal beberapa hari yang lalu, katanya.

"Tetap saja, orang tidak melakukan produksi yang cukup dan akibatnya pasar abu-abu telah muncul," kata Sarma.

Sumber: Reuters

Baca juga: Catat rekor 49.000 kasus harian COVID-19, India kekurangan obat

Baca juga: India batalkan ziarah bersejarah Hindu saat kasus COVID-19 meningkat


Baca juga: Dokter RS India: Kami siap tangani gelombang kedua corona
​​​​​​​

 

Negara Bagian Bihar di India terapkan karantina wilayah total

Penerjemah: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2020