Berlin (ANTARA) - Jerman  menolak usul Presiden Amerika Serikat Donald Trump untuk mengundang Presiden Rusia Vladimir Putin kembali ke kelompok tujuh negara dengan ekonomi paling maju (G7), kata Menteri Luar Negeri Jerman Heiko Maas.

Maas mengungkapkan penolakan itu dalam wawancara dengan surat kabar Rheinische Post, Senin.

Trump pada Juni mengangkat prospek untuk kembali memperluas keanggotaan G7 dengan memasukkan Rusia, yang dikeluarkan dari kelompok itu pada 2014 terkait pencaplokan wilayah Krimea di Ukraina oleh Moskow.

Maas mengatakan kepada Rheinishce Post bahwa ia tidak melihat ada peluang untuk membiarkan Rusia masuk kembali menjadi anggota G7 karena tidak ada kemajuan berarti dalam penyelesaian konflik di Krimea serta di Ukraina timur.

Rusia sendiri mungkin bisa menjadi penyumbang terbesar dengan menjadi bagian dari G7 lagi dengan berkontribusi pada penyelesaian damai dalam konflik Ukraina, kata Maas.

Rusia masih menjadi anggota G20, kelompok lebih luas yang mencakup negara-negara dengan ekonomi menuju maju.

"G7 dan G20 adalah dua format yang dikoordinasikan secara bijaksana. Kita tidak lagi perlu G11 atau G12," kata Maas. Ia merujuk pernyataannya itu pada usul Trump untuk tidak hanya mengundang Rusia, tetapi juga negara-negara lain, ke pertemuan G7.

Maas menggambarkan hubungan dengan Rusia sebagai ikatan "yang saat ini sulit" pada banyak bidang.

"Tapi kita juga tahu bahwa kita butuh Rusia untuk menyelesaikan konflik-konflik, seperti di Suriah, Libya, dan Ukraina. Upaya itu tidak akan berhasil dengan menolak Rusia, hanya bisa dengan memasukkan Rusia."

Jerman, yang mulai 1 Juli mengambil alih jabatan sebagai ketua Uni Eropa, posisi yang digilir setiap enam bulan, telah mengambil peranan sebagai penengah konflik Libya, juga Ukraina.

"Tapi, Rusia juga harus memberikan kontribusinya, yang sangat lambat di Ukraina," kata Maas.

Sumber: Reuters
Baca juga: Rusia tidak tertarik kembali bergabung ke G7
Baca juga: Pejabat: Uni Eropa tolak kembalinya Rusia ke KTT G7
Baca juga: Macron: Kembalinya Rusia ke G8 harus dapat selesaikan krisis Ukraina

Penerjemah: Tia Mutiasari
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2020