daerah-daerah yang terancam sudah terlihat jelas
Jakarta (ANTARA) - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengajak masyarakat dan pemerintah daerah (Pemda) serta pemangku kepentingan lain untuk meningkatkan respons terhadap peringatan dini potensi bencana agar potensi dampaknya dapat diminimalkan.

"Karena sebagus apapun kualitas peringatan dini itu, tapi kalau kita enggak tahu harus bagaimana untuk merespons peringatan dini tersebut, maka useless," kata Kepala Sub Bidang Peringatan Dini Cuaca BMKG Agie Wandala Putra melalui sambungan telepon dengan ANTARA Jakarta, Jumat.

Ia mengatakan masyarakat kini harus beralih tidak hanya pada peringatan dini saja, tetapi juga perlu mengetahui cara bagaimana merespons peringatan dini tersebut.

Oleh karena itu, selain edukasi yang perlu terus menerus diberikan kepada masyarakat, sistem kelembagaan juga, kata dia, harus gencar mengupayakan peningkatan kemampuan masyarakat untuk bisa merespons peringatan dini.

"Dan utamanya kalau dengan sistem yang sekarang, Pemda cukup memegang peranan yang sangat penting. Bagaimana mereka mengetahui daerah-daerah yang sebetulnya adalah wilayah yang rentan atau rawan kebencanaan," katanya.

Baca juga: BMKG akui peringatan dini cuaca belum maksimal cegah adanya korban
Baca juga: Meminimalisir dampak bencana dengan peringatan dini


Ia mencontohkan bencana banjir seperti yang terjadi di Kabupaten Luwu Utara, Provinsi Sulawesi Selatan. Ia mengatakan topografi daerah di sana adalah daerah pegunungan yang jika terjadi hujan di pegunungan, maka daerah yang memiliki dataran lebih rendah akan secara otomatis terkena dampak.

"Kalau terjadi hujan di pegunungan otomatis air kan mengalir dari hulu ke hilir, dari tinggi ke rendah. Nah, itu daerah-daerah yang terancam sudah terlihat jelas," katanya.

Untuk itu, kesadaran masyarakat di daerah-daerah yang rawan bencana seperti itu, katanya, sangat perlu ditingkatkan.

"Ancaman hujan ekstrem itu di Indonesia, hujan setengah jam, satu jam, akumulatif rainfall-nya bisa sangat tinggi. Kita berpacu dengan waktu juga kalau sudah terjadi ancaman. Sedangkan deteksi cuaca ekstrem itu 7 hari sebelumnya sudah terindikasi. Kemudian dipertajam sampai 3 hari, 1 hari sebelumnya, sampai beberapa jam sebelumnya," kata dia.

Untuk itu, respons yang cepat dari semua pihak sangat dibutuhkan dalam upaya penanggulangan bencana, termasuk respons dari masyarakat setelah mereka mendapatkan peringatan dini.

"Ini butuh peran semua pihak, media juga. Selain menyisipkan edukasi, meningkatkan kesadaran masyarakat dan bagaimana mereka bisa merespons juga perlu terus menerus dilakukan. Hal-hal itulah yang perlu dilakukan secara masif dan bersama-sama," kata Agie.

Baca juga: JICA-BNPB gelar pelatihan peringatan dini evakuasi banjir sungai
Baca juga: BNPB: Ketepatan sistem peringatan dini multibencana masih 60 persen

Pewarta: Katriana
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2020