Setiap tahun devisa kita terkuras lebih dari 2 miliar dolar atau sekitar Rp28 triliun untuk impor bahan baku obat
Jakarta (ANTARA) - Anggota Komisi IV DPR Amin Ak menyatakan, BUMN yang bergerak di bidang farmasi perlu untuk memperkuat berbagai aspek manajemennya dalam rangka mengurangi impor bahan baku obat dan lebih memberdayakan bahan baku lokal.

"Setiap tahun devisa kita terkuras lebih dari 2 miliar dolar atau sekitar Rp28 triliun untuk impor bahan baku obat. Padahal keanekaragaman hayati Indonesia sangat besar dan berlimpah, terbesar kedua di dunia," kata Amin Ak dalam rilis di Jakarta, Kamis.

Untuk itu, ujar dia, BUMN Farmasi wajib memperkuat riset dan pengembangan baik dari sisi SDM maupun anggarannya agar mampu mendongkrak tingkat kandungan dalam negeri industri obat-obatan dan alat kesehatan.

Dengan riset yang kuat, lanjutnya, pemanfaatan sumber bahan baku obat di dalam negeri bisa ditingkatkan sehingga kemandirian industri farmasi bisa diwujudkan.

Politisi Fraksi PKS itu mengingatkan bahwa saat ini total pangsa pasar industri farmasi nasional mencapai sekitar Rp88,36 triliun per tahun dan diperebutkan oleh sekitar 250 perusahaan baik swasta maupun BUMN.

Amin mengutarakan harapannya agar perbaikan kinerja selalu terus dilakukan agar BUMN jangan kalah gesit dari perusahaan swasta.

Sebelumnya, Indonesia dinilai bisa menggarap peluang investasi di bidang farmasi, khususnya tren obat-obatan alami atau herbal yang mulai dilirik dunia.

"Indonesia punya peluang yang bagus dalam bidang ini. Apalagi obat-obatan alami dinilai lebih aman bagi kesehatan dan dampaknya lebih kompleks bagi kesehatan. Di sisi lain, di industri farmasi, tren herbal tradisonal ini juga jadi langkah yang disasar ke depan," kata Associate Researcher Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Andree Surianta dalam Webinar, Kamis (9/7).

Menurut Andree, perusahan farmasi lokal seperti Kalbe Farma pun kini tengah membidik peluang bisnis obat tradisional tersebut.

Kendati demikian, ada beberapa yang perlu jadi perhatian dalam bisnis tersebut, yakni pengembangan penelitian intensif serta pasokan bahan bakunya. Hal itu perlu dilakukan lantaran industri herbal membutuhkan pasokan logistik yang stabil dibanding obat-obatan kimia.

"Tapi saya percaya kita punya peluangnya dan kalau memang mau serius kita harus fokus pada apa yang bisa kita lalukan untuk meningkatkan peluang ini. Jangan lupa juga bahwa kita tidak sendiri karena ada China yang memang sudah terkenal dengan herbalnya," kata Andree.

Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2020