Jakarta (ANTARA) - Portal pendidikan milik Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), yakni Rumah Belajar dikunjungi sekitar 157 juta pengguna selama sembilan tahun keberadaannya.

"Rumah Belajar sudah memiliki pengguna sekitar 14 juta dengan total kunjungan selama sembilan tahun terakhir sebanyak 157 juta," ujar Pelaksana tugas Pusat Data dan Teknologi Informasi (Pudatin) Kemendikbud, M Hasan Chabibie dalam seminar virtual "Pemanfaatan Rumah Belajar di Maluku Utara: Edisi HUT ke-9 Rumah Belajar" di Jakarta, Rabu.

Baca juga: Paket data internet dikeluhkan mahal untuk PJJ, ini kata Kominfo

Baca juga: Pimpinan DPRD DKI surati Mendikbud tanya kejelasan belajar di rumah


Jumlah pengguna dan kunjungan tersebut, katanya, merupakan angka yang cukup luar biasa untuk portal milik pemerintah. Biasanya, jarang sekali pengguna internet mengakses situs pendidikan milik pemerintah.

"Pada awalnya, kami tidak menghitung berapa banyak yang berkunjung. Baru beberapa tahun terakhir, kami mulai menghitungnya," ucapnya.

Rumah belajar merupakan portal pembelajaran yang menyediakan bahan belajar serta fasilitas komunikasi yang mendukung interaksi antarkomunitas. Melalui Rumah Belajar, siswa dapat belajar dimana saja, kapan saja dan dengan siapa saja. Seluruh konten yang ada di Rumah Belajar dapat diakses dan dimanfaatkan secara gratis.

Dia menambahkan selama sembilan tahun Rumah Belajar, banyak konten yang dihadirkan dan banyak juga fasilitas yang diberikan termasuk memberikan pelatihan teknologi informasi dan komunikasi (TIK).

Baca juga: Orang tua perlu pahami konsep belajar di rumah bersama anak

"Ke depan, bagaimana TIK ini bisa dimaksimalkan di semua sekolah dan satuan pendidikan, lebih khusus lagi di Maluku Utara. Termasuk inovasi-inovasi yang kita lakukan berbasis Android atau iOS yang memungkinkan Rumah Belajar semakin mudah diakses dan semakin berpengaruh pada saat nanti dimanfaatkan dalam proses belajar mengajar," tuturnya.

Pada saat pandemi COVID-19, pembelajaran dilakukan secara jarak jauh, maka guru perlu menjaga semangat peserta didik yang mulai turun karena terlalu lama belajar di rumah.

"Apalagi kita sudah libur selama berbulan-bulan, tidak ada aktivitas tatap muka, tidak ada aktivitas interaksi fisik antara guru dengan peserta didik, yang ada adalah interaksi virtual. Tentu dibutuhkan banyak inovasi-inovasi supaya nyala api belajar peserta didik kita ini terjaga," imbuh dia.

Oleh karena itu, inovasi menjadi tanda kunci dalam meningkatkan kualitas pembelajaran maupun meningkatkan kualitas layanan kepada peserta didik.

Baca juga: Pemerhati: Guru perlu pendekatan berbeda untuk proses belajar daring

Pewarta: Indriani
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2020