Jakarta (ANTARA) - Presiden Joko Widodo menjawab berbagai keluhan tenaga medis yang menangani COVID-19 di Kalimantan Tengah.

Ada tiga dokter dari tiga rumah sakit berbeda yang berdialog dengan Presiden Jokowi melalui "video conference" saat meninjau Posko Penanganan COVID-19 di Provinsi Kalimantan Tengah di di Aula Jaya Tingang, Kompleks Kantor Gubernur Kalimantan Tengah.

"Kami dari Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr Doris Sylvanus Palangka Raya melaporkan, kami sekarang di laboratorium mikrobiologi klinik di RS pemeriksaan rujukan untuk sampel dari berbagai RS kabupaten dan kota. Untuk pengobatan, ada satu obat yang sulit sekali mencarinya," kata dokter di RS Dr Doris Sylvanus Palangkaraya.

Baca juga: Presiden: Krisis dari pandemi COVID-19 ini bukan sesuatu yang mudah

Obat tersebut adalah obat antivirus HIV.

"Di beberapa kasus kami berikan ke pasien gejala sedang bisa meringankan," kata sang dokter.

"Urusan obat nanti saya cek begitu stoknya ada, saya kirim tadi yang dibutuhkan," jawab Presiden Jokowi.

Permintaan kedua diajukan oleh dr Efraim Bering dari RS Murjani Sampit.

"RS kami salah satu RS rujukan di Kalteng. Kendala yang kami hadapi kami tidak punya alat PCR, jadi kami mohon dengan hormat bisa dibantu alat PCR beserta reagennya, karena percuma kita 'tracing-tracing' terus, tapi untuk mendiagnosanya tidak ada alatnya, awalnya kami kirim ke Surabaya dan Banjar Baru," kata dokter Efraim.

"PCR test segera akan kita kirim, ini butuhnya berapa? 1 cukup? Yang di Sampit? ini saya bawa 2 (PCR), berarti Sampit 1, cukup? Yang butuh kabupaten mana lagi? berarti 1 saja," jawab Presiden Jokowi.

Baca juga: Presiden sebut perlu lumbung pangan baru antisipasi krisis pangan

Baca juga: Presiden ingatkan pemda Kalteng soal angka COVID-19


Permintaan ketiga dari dr Erwin Kristianto, RS Umum Daerah Jaraga Sasameh, Barito Selatan.

"Kami sudah 4 bulan ini sebagai RS satelit membantu penanganan COVDI-19 terutama di Barito Selatan. Kendala yang kami hadapi akhir-akhir ini, kami tenaga medis kerap mendapat penolakan, kecaman dan stigma negatif dari lingkungan keluarga pasien, bahkan pasien sendiri," kata dr Erwin.

Bahkan, lanjutnya, terkadang intimidasi langsung dan tidak langsung saat menangani pasien di Buntok. "Bagaimana pemerintah melindungi tenaga kesehatan walau kami bukan RS rujukan, dari RS satelit Barito Selatan untuk menjalankan amanat pemerintah menjalankan penanganan COVID-19," ucapnya.

"Saya minta Pak Kapolda yang berkaitan dengan tekanan dari eksternal maupun dari dalam agar semua tenaga medis, dokter, jajaran RS, perawat, semua diberikan proteksi dengan baik, karena beliau-beliau ini di garis terdepan. Untuk penanganan ini harus betul-betul dilindungi, baik lewat medsos maupun secara langsung. Tugas Polda, Polres memberikan proteksi bagi tenaga medis sebaik-baiknya, saya tegaskan bukan hanya di Kalimantan Tengah, tapi juga seluruh Tanah Air," jawab Presiden.

Pasien COVID-19 di Kalimantan Tengah mencapai 1.093 orang, dirawat 393 orang, sembuh 694 orang dan meninggal 66
orang.

Baca juga: Presiden sebut penambahan kasus COVID-19 sudah "lampu merah"

Baca juga: Presiden tinjau lahan di Kapuas bersama gubernur dan sejumlah menteri


Pada Kamis, 9 Juli 2020, kasus positif COVID-19 di Indonesia bertambah 2.657, sehingga total kasus positif mencapai 70.736.

Pasien yang dinyatakan sembuh bertambah sebanyak 1.066. Sehingga total pasien sembuh berjumlah 32.651. Sementara pasien meninggal bertambah sebanyak 58, sehingga total pasien meninggal mencapai 3.417.

Pewarta: Desca Lidya Natalia
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2020