"Kita sebagai perempuan harus mengetahui bahwa ......secara fungsi gender kita sama dengan lelaki," tambah Giwo.
Jakarta (ANTARA) - Ketua Umum Kongres Wanita Indonesia (Kowani) Dr Giwo Rubianto Wiyogo mengatakan perempuan memiliki peran penting dalam menopang ekonomi keluarga saat pandemi COVID-19.

"Dalam keadaan mendesak seperti saat ini, yang mana banyak suami terkena pemutusan hubungan kerja (PHK), maka mau tak mau perempuan menjadi penopang atau tulang punggung keluarga," ujar Giwo dalam webinar "Emansipasi Wanita di Era New Normal Menuju Revolusi 5.0" di Jakarta, Sabtu.

Dalam keadaan krisis seperti saat ini, perempuan harus menunjukkan kemampuannya agar ekonomi keluarga dapat bangkit. Organisasi perempuan juga memegang peranan pada saat krisis.

"Organisasi perempuan memberikan pelatihan kewirausahaan, agar perempuan dapat berwirausaha dengan baik," kata dia.

Baca juga: Kowani: Peran ibu memperkokoh ketahanan mental keluarga saat pandemi

Dia memberi contoh Kowani yang memberikan pelatihan kewirausahaan pada anggota dan perempuan di Tanah Air, sepanjang pandemi COVID-19. Dari hasil pelatihan tersebut, banyak perempuan yang merasakan manfaatnya, yang mana mereka tidak hanya berjualan secara 'offline' atau 'luring', tetapi berjualan secara daring dengan memanfaatkan aplikasi 'marketplace'.

"Selain membangun usaha, banyak juga perempuan di desa pada saat situasi seperti ini yang menjadi penggerak lumbung pangan dengan menanam berbagai macam sayuran dan tanaman obat yang kemudian diolah menjadi minuman herbal," jelas Giwo.

Dalam kesempatan itu, Giwo berpesan kepada para perempuan Indonesia agar cerdas secara kodrati, cerdas tradisi, cerdas sosial, dan cerdas profesi.

"Kita sebagai perempuan harus mengetahui bahwa kodrat kita sebagai perempuan yakni melahirkan, menstruasi dan menyusui, tapi secara fungsi gender kita sama dengan lelaki," tambah Giwo.

Baca juga: Kowani siapkan tatanan adaptasi normal baru dengan berbasis keluarga

Dia juga berpesan kepada mahasiswa yang mengikuti webinar itu untuk mengembangkan kompetensi teknis dan nonteknis. Kompetensi itu tidak hanya didapatkan dari bangku kuliah saja, tetapi juga dari pengalaman di luar perkuliahan.

Akademisi dari Departemen Pendidikan dan Bioetika Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada, Titi Savitri, mengatakan revolusi industri 5.0 sebenarnya sudah di depan mata.

"Sebelum COVID-19 banyak sekali yang berbicara revolusi industri 4.0 dan disrupsinya, tapi jarang sekali yang berbicara revolusi industri 5.0. Era ini lebih maju lagi karena terjadi interaksi antara manusia dengan mesin," kata Titi.

Oleh karena itu, Titi berpesan agar perempuan dapat memiliki kompetensi abad 21 (komunikasi, kolaborasi, kemampuan berpikir kritis, dan kreativitas serta inovasi) agar dapat beradaptasi dengan revolusi industri 5.0 yang ada di depan mata.

Baca juga: Kowani berikan pelatihan pada perempuan untuk bangkit saat pandemi

Pewarta: Indriani
Editor: Rolex Malaha
Copyright © ANTARA 2020