pelatihan keterampilan bersifat praktis agar di tengah pandemi tetap dapat diaplikasikan masyarakat untuk mencari nafkah.
Jakarta (ANTARA) - Kementerian Kelautan dan Perikanan menggelar lima pelatihan teknis daring sekaligus sebagai salah satu upaya mendorong pemulihan ekonomi dengan cara meningkatkan kapasitas dan kapabilitas SDM masyarakat kelautan dan perikanan.

Kepala Badan Riset dan SDM Kelautan dan Perikanan KKP Sjarief Widjaja dalam siaran pers di Jakarta, Minggu, memaparkan kelima pelatihan tersebut adalah pembuatan fish samosa, iodisasi garam dan pengemasan, pengaplikasian fiberglass untuk usaha perikanan, pembuatan bubu lipat, serta perawatan/perbaikan sistem pengapian motor tempel.

Sjarief Widjaja mengungkapkan bahwa kelima pelatihan daring yang telah digelar pada 26 Juni itu dibuka secara serentak dan telah melibatkan 3.806 masyarakat kelautan dan perikanan maupun umum.

Pelatihan pembuatan fish samosa diselenggarakan oleh Balai Pelatihan dan Penyuluhan Perikanan (BPPP) Medan dan diikuti 1.209 peserta berbagai profesi yang berasal dari seluruh provinsi di Indonesia.

Baca juga: KKP kaji regulasi guna genjot produksi ikan kobia

Sedangkan pelatihan iodisasi garam dan pengemasan dilaksanakan oleh BPPP Banyuwangi dengan 520 peserta. Adapun pelatihan pengaplikasian fiberglass untuk usaha perikanan diadakan oleh BPPP Bitung dan diikuti 545 peserta.

Sementara pelatihan pembuatan bubu lipat dan pelatihan perawatan dan perbaikan sistem pengapian motor tempel masing-masing diselenggarakan oleh BPPP Tegal dan BPPP Ambon dan diikuti 1.220 dan 312 peserta.

Sjarief mengatakan, pelatihan yang diberikan merupakan pelatihan keterampilan yang bersifat praktis dengan tujuan agar di tengah pandemi, keterampilan dan pengetahuan tersebut dapat diaplikasikan masyarakat untuk mencari nafkah dan memenuhi kebutuhan hidup.

"Saya tegaskan, pelatihan ini bukan sekadar cara masak atau cara montir. Tetapi bagaimana dengan keterampilan dan pengetahuan ini, Anda bisa mengandalkan hidup dari situ," ujar Sjarief.

Baca juga: KKP bangun model klaster percontohan udang berdayakan desa hutan

Sjarief menyebut, setiap pelatihan yang digelar harus lengkap dari proses hulu hingga hilir. Proses hulu yang dimaksud yaitu penyiapan bahan baku.

Menurut Sjarief, peserta pelatihan harus mengetahui apa saja bahan baku yang dibutuhkan, di mana bisa memperolehnya, berapa harganya, hingga bagaimana cara menilai kualitasnya.

"Anda harus memastikan bahwa materi yang Anda beli adalah yang terbaik, termurah, dan bisa dijangkau jaraknya," kata Kepala Badan Riset dan SDM KKP.

Selanjutnya dalam proses pembuatan atau pengolahan diharapkan dapat menghasilkan produk yang berkualitas tinggi, peserta pelatihan harus cermat menentukan formulasi atau komposisi bahan yang digunakan berikut cermat mengikuti setiap langkah pembuatan.

Baca juga: KKP: Indonesia miliki keunggulan komparatif budi daya lobster

Dalam proses pengemasan, lanjutnya, produk yang dihasilkan harus dikemas sebaik mungkin. Selain dihadirkan dengan tampilan menarik, produk juga perlu diberi merek dan dilengkapi label yang berisi informasi kandungan, cara penggunaan, dan informasi lainnya yang dibutuhkan konsumen.

Kemudian proses pemasaran. Agar produk yang dihasilkan dapat menjangkau pasar yang lebih luas dan usaha dapat dijalankan dengan nyaman dan legal, produk hendaknya dilengkapi dengan sertifikat Standar Nasional Indonesia/SNI (khusus produk-produk tertentu yang mensyaratkan SNI), izin edar dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), maupun sertifikasi halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI).

Ia juga mengemukakan, penting bagi pelaku usaha melakukan proses analisis usaha untuk mencegah kerugian pada usaha, mengetahui jasa dan produk yang dibutuhkan pasar, dan memetakan minat konsumen terhadap produk atau jasa yang kita tawarkan.

Baca juga: Pengamat: Pastikan pembudidaya ikan skala kecil dapat asuransi

Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Rolex Malaha
Copyright © ANTARA 2020