Gak kebayang jika tidak ada BPJS Kesehatan. Uang yang sebelumnya terkumpul untuk investasi pasti habis untuk mengobati istri.
Jakarta (ANTARA) - Salah seorang pensiunan tentara mengaku sangat terbantu dengan program Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) yang telah membiayai istrinya melakukan terapi hemodialisa atau cuci darah karena menderita penyakit gagal ginjal secara gratis.

"Pada awalnya, saya bersama anak-anak tak menyangka, sebab, kehidupan keluarga kami seketika berubah. Di mana, istri harus bergantung pada cuci darah yang harus dilakukannya dua kali dalam seminggu. Selain itu, biaya adalah hal utama yang mengganggu pikiran saya, karena yang saya ketahui biaya untuk sekali cuci darah tidaklah murah,” kata seorang pensiunan tentara asal Kota Serang Turmudi dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Rabu.

Pensiunan tentara bernama Turmudi yang merupakan warga Kampung Taman Baru Taktakan Kota Serang ini mengantarkan sang istri Enong Holilah untuk menjalani terapi cuci darah di RS Sari Asih Kota Serang Banten.

Baca juga: Peserta akui dapat manfaat besar JKN setelah 4 tahun jalani cuci darah

Ia menceritakan bahwa istrinya didiagnosis gagal ginjal sejak tahun 2009 dan hingga kini masih terus menjalani terapi cuci darah. Dia memperkirakan biaya yang telah dikeluarkan bisa mencapai ratusan juta rupiah bila menggunakan uang pribadi.

Namun, di saat dirinya berjuang mengobati sang istri ke rumah sakit dan ke tempat pengobatan alternatif dengan biaya sendiri sejak 2009, pemerintah menghadirkan program JKN-KIS pada tahun 2014 yang menjadi penolong baginya untuk membiaya perawatan istrinya.

“Saya sangat bersyukur dan tertolong, akan hadirnya jaminan kesehatan dari pemerintah untuk masyarakat. Terlebih layanan cuci darah dapat diperoleh oleh semua peserta JKN-KIS dengan status kepesertaan aktif, sesuai indikasi medis dan mengikuti prosedur yang berlaku, sehingga biaya ditanggung oleh BPJS Kesehatan dari program gotong royong yang diterapkan dari iuran peserta setiap bulannya. Dan, di saat itu pula istri mendaftar menjadi peserta JKN-KIS,” kata Turmudi.

Baca juga: Pelayanan JKN akan berdasar pada kebutuhan dan penyetaraan rawat inap

Pensiunan tentara itu tidak membayangkan jika dirinya hingga saat ini tidak terdaftar sebagai peserta JKN-KIS. Apalagi dengan biaya untuk melakukan hemodialisis sangat besar dan dirasa cukup menguras tabungan dirinya.

“Gak kebayang jika tidak ada BPJS Kesehatan. Sebab, uang yang sebelumnya terkumpul untuk investasi habis terkuras untuk mengobati istrinya,” Turmudi menambahkan.

Maka itu, Turmudi ingin mengetuk hati masyarakat yang merupakan peserta JKN-KIS untuk senantiasa melakukan kewajibannya membayar iuran BPJS Kesehatan setiap bulannya dan jangan sampai menunggak. Karena, iuran tersebut sangat membantu peserta lain yang banyak membutuhkan.

“Pasien cuci darah di Indonesia ini bukan hanya istri saya saja, mungkin ada ratusan hingga ribuan orang yang sama deritanya, dan itu membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Andaikan disuruh memilih, saya lebih baik membayar iuran dua kali lipat namun sehat daripada menderita sakit,” pungkas Turmudi dengan mata berkaca-kaca.

Baca juga: Mendalami JKN-KIS yang mulai ditiru China dan India

Pewarta: Aditya Ramadhan
Editor: Rolex Malaha
Copyright © ANTARA 2020