Jakarta (ANTARA) - Sebanyak tiga mahasiswa dari sejumlah kampus di Tanah Air berhasil keluar sebagai pemenang Dexa Award Science Scholarship (DASS) 2020 yang diselenggarakan di Jakarta, Rabu.

Tiga mahasiswa tersebut yakni Yoga Romdoni dari Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas Indonesia, Reno Susanto dari Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Riau, dan Joshua Eka Harap dari Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas Lambung Mangkurat.

"Era normal baru menjadi peluang untuk menciptakan riset dan inovasi yang mendukung negara ini semakin maju dan mandiri pada sektor kesehatan," ujar Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Prof Bambang Brodjonegoro PhD dalam sambutannya.

Baca juga: Menristek: 10 tren baru teknologi selama normal baru

Bambang menambahkan selama vaksin COVID-19 belum ditemukan, maka riset vaksin dan pengobatan COVID-19 yang efektif akan terus dikembangkan.

Oleh karena itu, peneliti menjadi harapan bangsa agar dapat berkontribusi melalui perkembangan riset dan penelitian yang bermanfaat untuk mencapai kemandirian bangsa.

"Agar kita tidak terus menerus bergantung pada produk impor," jelas dia.

Ke depan, para peneliti, inovator, dan orang-orang yang mau menciptakan solusi untuk tantangan bangsa di masa depan. Untuk itu, Bambang mengajak agar para mahasiswa menggunakan ilmu pengetahuan yang dimiliki untuk berkontribusi bagi negara.

"Anda sebagai penerus bangsa di bidang penelitian, memegang peranan penting untuk mendorong Indonesia menjadi negara maju dan mandiri, terutama di sektor kesehatan. Masa depan bangsa di tangan para generasi muda untuk mencapai Indonesia emas 2045," jelas dia.

Baca juga: Menristek uji usap di laboratorium mobile BSL-2

Rangkaian program beasiswa S2 DASS 2020 dimulai dari pengumuman pendaftaran dan pengumpulan proposal yang berlangsung pada 20 Februari 2020 hingga 20 April 2020. Dari program DASS 2020 telah mampu menjaring 1.691 pendaftar yang berasal dari 34 provinsi, 403 kabupaten/kota, dan 378 universitas di seluruh Indonesia.

Pimpinan Dexa Group, Ferry A Soetikno, mengatakan sains adalah dasar untuk bertumbuh.

"Sulit sekali membayangkan di masa depan tanpa sains dan inovasi. Oleh karena itu DASS diselenggarakan untuk mendukung peningkatan inovasi di sektor farmasi dan kesehatan," kata Ferry.

Ketua Dewan Juri DASS 2020, Dr Raymond Tjandrawinata, yang merupakan Molecular Pharmacologist Dexa Laboratories of Biomolecular Sciences Dexa Group mengatakan DASS bertujuan untuk mencari calon saintis yang mau berinovasi untuk menemukan obat pada masa depan yang dapat digunakan khususnya bermanfaat bagi pasien COVID-19. Beasiswa itu juga bertujuan membantu mahasiswa dalam melanjutkan pendidikan pada saat pandemi COVID-19.

"Para saintis dari finalis DASS tidak berhenti di sini, tetapi harus memberikan kontribusi melalui riset yang dilakukan. Indonesia tidak akan maju tanpa kita melakukan riset. Indonesia tidak akan maju kalau kita tidak mempunyai produk-produk yang berasal dari Tanah Air kita. Indonesia tidak akan maju kalau kita hanya suka mengimpor tidak hanya produk kesehatan tetapi juga lainnya, tanpa memproduksi sendiri di dalam negeri, kita tidak akan menjadi negara modern," kata Raymond.***3***

Baca juga: Daya menular SARS-CoV-2 lebih tinggi 20 kali dibanding SARS
Baca juga: Menristek: Mayoritas virus corona Indonesia tidak termasuk tipe dunia
Baca juga: Menristek: UI dan UGM paling produktif dalam publikasi ilmiah

Pewarta: Indriani
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2020