Jakarta (ANTARA) - Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo melepas ekspor enam komoditas pertanian asal Jawa Bara yang dinilai meningkat permintaannya di pasar ekspor, salah satunya tanaman kaktus.

Mentan Syahrul menyebutkan selain kaktus, komoditas lainnya yang diekspor yakni teh, kopi, jeruk purut, vaksin dan sarang burung walet.

"Kita buktikan lagi yang tidak terganggu oleh pandemi COVID-19, yang ekspornya juga tetap jalan adalah sektor pertanian," kata Mentan saat memberikan arahan dalam acara Pelepasan Ekspor Komoditas Pertanian Indonesia di Lembang melalui keterangan, Selasa.

Salah satunya komoditas yang tinggi permintaannya yakni kaktus atau anggota tumbuhan berbunga famili Cactaceae. Tanaman hias ini digarap di lahan pekarangan yang nilai ekspornya mencapai Rp80 juta hingga Rp200 juta per bulan.

Baca juga: Hingga Juni, Kementan musnahkan komoditas ilegal sebanyak 7.056 kali

Di tengah siatuasi pandemi ini, ekspor kaktus dari Jawa Barat pada semester I tahun ini meningkat empat kali lipat atau kenaikannya sebesar 13.700 batang dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu yang hanya mencapai 2.800 batang. Tujuan ekspornya antara lain ke Amerika Serikat, Kanada, Taiwan dan Korea Selatan.

Selain kaktus, Mentan Syahrul juga menyerahkan sertifikat kesehatan atau "phytosanitary certificate" komoditas pertanian asal Jawa Barat yang akan diekspor ke mancanegara dengan total nilai Rp15,4 miliar.

Selain melepas ekspor komoditas pertanian, Mentan SYL juga melakukan inspeksi dan kunjungan pada rumah kemas serta mengunjungi green house milik PT Momenta Agrikultura yang juga telah disertifikasi sebagai instalasi karantina tumbuhan.

"Ini sesuai program Kementan yakni tentang pertanian modern atau modern farming, contohnya green house, glass house, mulsa itu bentuk bentuk pertanian yang akan kita hadapi besok artinya kita tidak terlalu bergantung dengan alam lagi," kata Mentan.

Baca juga: Menteri Pertanian lepas ekspor gula semut Cilacap ke Brasil

Mentan SYL juga mengapresiasi sistem produksi dan pemasaran berskala menengah atau kemitraan pertanian yang telah diterapkan eksportir dan kelompok tani di wilayah Lembang.

Jajat, ketua kelompok tani dari desa Sunten Jaya menyebutkan ia dan 30 petani desanya telah bermitra sejak tahun 2018. Sayuran letus dan buncis dibudidayakan dengan bimbingan teknis dan mutu ekspor dari Karantina Pertanian dan eksportir.

"Ini skema kerja sama yang harus kita dorong dan tularkan di sentra pertanian lain. Masyarakat bisa jadi bagian tindak lanjut dari gerakan Pangan Pekarangan Lestari (P2L), tidak hanya untuk kebutuhan sendiri bahkan bisa diekspor," kata Syahrul.

 

Pewarta: Mentari Dwi Gayati
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2020