Johannesburg (ANTARA) - Anak-anak di Afrika Selatan kembali belajar dalam kelas, Senin, setelah pemerintah setempat melonggarkan pembatasan secara bertahap.

Otoritas di Afrika Selatan memberlakukan pembatasan selama karantina beberapa bulan guna menekan penyebaran COVID-19, penyakit yang disebabkan virus corona jenis baru (SARS-CoV-2).

Pembukaan kembali sekolah sempat tertunda setelah beberapa serikat guru mendesak staf sekolah agar menentang rencana pemerintah itu minggu lalu. Serikat guru mengatakan banyak sekolah tidak menerapkan kebijakan kesehatan serta kebersihan yang memadai sehingga tidak dapat menjamin keselamatan pengajar serta para murid.

Afrika Selatan mencatat kasus COVID-19 mencapai hampir 50.000 dan 1.000 orang menjadi korban virus corona jenis baru itu. Angka tersebut merupakan yang tertinggi di wilayah Sub-Sahara Afrika.

Menteri Pendidikan Dasar Angie Motshekga pada Minggu (7/6) mengatakan pihaknya sejak pekan lalu telah meningkatkan fasilitas kebersihan sekolah. Menurut dia, saat ini 95 persen sekolah dasar dan menengah di Afrika Selatan dapat kembali mengadakan kegiatan belajar-mengajar dalam kelas.

"Aturannya, tidak ada sekolah yang dibuka jika memang belum siap," kata Motshekga.

Pemerintah akan mencari cara lain untuk siswa yang tidak dapat belajar dalam kelas pada hari ini (8/6), kata dia.

Otoritas setempat mulanya berencana hanya murid kelas 7 dan 12 yang akan belajar dalam kelas, sementara siswa tingkat kelas lain akan kembali bersekolah secara bertahap.

Banyak sekolah negeri di Afrika Selatan, khususnya di wilayah pedalaman, berada dalam kondisi buruk. Beberapa pengamat mengatakan seperempat dari sekolah negeri tidak punya fasilitas air mengalir, sehingga cuci tangan pun hampir mustahil dilakukan oleh para murid.

Sementara itu, bangunan sekolah lainnya ada yang jadi sasaran perusakan dan serangan massa, yang memprotes kebijakan karantina pemerintah pada Maret.

Beberapa pejabat pemerintah khawatir penundaan kegiatan belajar mengajar dalam kelas dapat berisiko menyebabkan satu generasi siswa kehilangan hak atas pendidikan serta peluang mendapat pendidikan lebih tinggi pada masa depan.

Karantina turut mengungkap perbedaan perlakuan antara masyarakat kulit hitam dan kulit putih, warga kaya dan miskin dalam sistem pendidikan Afrika Selatan, meskipun dominasi kelompok kulit putih telah berakhir sejak seperempat abad lalu.

Sumber: Reuters

Baca juga: Ilmuwan: 50 ribu kematian akibat corona akan terjadi di Afrika Selatan

Baca juga: Afrika Selatan longgarkan pembatasan COVID-19 dengan hati-hati

Baca juga: Kuba mengirim dokter ke Afrika Selatan untuk perangi virus corona
​​​​​​​

 

Pemerintah RI Perkuat Perdagangan dengan Afsel

Penerjemah: Genta Tenri Mawangi
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2020