Jakarta (ANTARA) - Direktur Eksekutif Komite Pemantau dan Pemberdayaan Parlemen Indonesia (KP3-i) Tom Pasaribu mendorong agar pemerintah membuktikan khasiat obat herbal Nusantara anticorona, Jamu Pancasila, yang diperkenalkan oleh Dr Suradi.

"Pak Presiden Joko Widodo mungkin harus membuktikan sendiri kepada para pasien corona," kata Tom dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Rabu.

Dengan begitu, kata dia, pemerintah bisa menilai obat herbal itu secara langsung tanpa keraguan. Bila khasiatnya tidak terbukti maka sebaiknya herbal itu diabaikan, bahkan dilarang peredarannya.

Sebaliknya, lanjut dia, bila terbukti ampuh, maka Presiden Jokowi tidak punya alasan untuk tidak segera memanfaatkannya demi membantu menyembuhkan masyarakat yang menjadi korban COVID-19.

Seiring pelonggaran Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dalam kerangka era normal baru, dia mengatakan sebaiknya herbal Dr Suradi itu diberi kesempatan.

Tom mengatakan herbal tersebut berpotensi meningkatkan kesehatan masyarakat sehingga pemerintah sebaiknya mendukung dan memanfaatkannya secara nasional.

"Kita harus mandiri dengan sumber obat-obatan, seperti rempah dan jamu. Dahulu kita dijajah karena kekayaan alam, seperti rempah-rempah, masak saat ini kita juga mau dijajah dengan obat-obatan buatan mereka?" katanya.

Dr Suradi mengatakan ramuan Jamu Pancasila itu selain mampu memberi kesembuhan terhadap orang yang positif COVID-19, juga bisa digunakan untuk pencegahan dengan cara diminum dan disemprotkan ke udara.

"Saya sudah ketemu orang positif, bukan (hanya) sepuluh kali, ratusan kali. Saya datangi. Orang sibuk takut kena corona, saya sibuk nyari orang corona. Saya nemuin orang corona sampai di luar Jawa juga, saya obati pakai herbal ini dan sembuh semua. Satu pun belum ada yang nggak sembuh," kata Dr Suradi.

Pewarta: Anom Prihantoro
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2020