Pamijahan, Bogor (ANTARA) - Ratusan pengungsi di Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor ketakutan pulang ke rumah setelah daerahnya diguncang gempa bumi bermagnitudo 5,0 yang berpusat di Sukabumi, Jawa Barat.

"Mereka masih takut untuk pulang ke rumah, tapi kita sudah sarankan kalau rumahnya masih aman pulang ke rumah. Tetapi kalau yang merasa tidak aman kita akan buatkan tenda yang aman dari BNPB atau BPBD," ujar Bupati Bogor Ade Yasin saat meninjau tempat pengungsian di Pamijahan, Kabupaten Bogor, Rabu.

Menurut dia, sebanyak 664 rumah di wilayah barat Kabupaten Bogor rusak akibat gempa. Ratusan rumah itu mengalami kerusakan yang beragam, sebanyak 508 rumah rusak ringan, 100 rumah rusak sedang dan 56 rumah rusak berat.

"Data sementara yang didapatkan saat saya melakukan peninjauan langsung ke lokasi, yaitu terjadi kerusakan di Desa Ciasmara, Purwabakti, Cibunian, Ciasihan, Pasarean, Gunung Bunder Satu dan Cibitung Kulon," kata Ade Yasin.

Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bogor akan mengerahkan kemampuan semaksimal mungkin dalam menangani dampak musibah tersebut. Salah satunya dengan mendistribusikan bantuan untuk para korban.

Baca juga: Bupati: 664 rumah di Bogor rusak akibat gempa Sukabumi
Baca juga: Lima kampung di Pamijahan Bogor terdampak gempa Sukabumi


Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bogor mencatat ada 167 jiwa yang terdiri atas 42 keluarga mengungsi pascagempa. Sekretaris BPBD Kabupaten Bogor, Budi Pranowo mengatakan bahwa sejumlah masyarakat di wilayah barat Kabupaten Bogor merasakan guncangan gempa tersebut cukup lama, terutama di Kecamatan Leuwiliang dan Pamijahan.

"Pamijahan, Leuwiliang dan sekitarnya terasa sekali dan lama. Kota Bogor juga terasa," kata Budi.

Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) melalui website resminya menginformasikan bahwa lokasi gempa yang terjadi pada Selasa (10/3) sore itu berada di darat pada 6.89 lintang selatan,106.62 bujur timur atau berjarak 13 kilometer (km) timur laut Kabupaten Sukabumi Jawa Barat pada kedalaman 10 km.

Pewarta: M Fikri Setiawan
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2020