Jakarta (ANTARA) - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo mengatakan banjir di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) adalah permasalahan yang rutin terjadi sehingga perlu dicarikan solusi yang permanen.

"Kita perlu menyusun program yang terintegrasi dari hulu, tengah, dan hilir," kata Doni dalam diskusi terfokus yang diadakan BNPB di Jakarta, Senin.

Doni mengatakan solusi permanen harus dicari melalui diskusi yang melibatkan banyak pihak. Melalui diskusi yang melibatkan pemerintah pusat, pemerintah daerah di tiga provinsi, dan para pakar, Doni berharap didapatkan solusi dalam mengelola ekosistem yang dapat mengurangi dampak bencana.

Baca juga: Ridwan Kamil siap bersinergi atasi banjir Jabodetabek

Baca juga: BNPB: Sembilan orang meninggal akibat banjir Jabodetabek

Baca juga: BMKG: Siklon tropis Ferdinand tak akan dekati Indonesia


Menurut Doni, salah satu penyebab banjir adalah ulah manusia. Permasalahan yang menyebabkan banjir sangat kompleks, seperti alih guna lahan untuk pertanian dan perkebunan, perpindahan manusia, hingga kegiatan merusak hutan seperti penambangan maupun penebangan ilegal.

Doni mencontohkan alih fungsi lahan yang terjadi di wilayah Sarongge, Puncak, Cipanas. Penanaman tanaman semusim di wilayah tersebut berdampak pada ekosistem.

"Penyelesaian di bagian hilir saja tanpa melihat kondisi di hulu hanya akan menghabiskan energi yang sangat besar," tuturnya.

BNPB mengadakan diskusi terfokus membahas penanganan banjir di Jabodetabek. Hadir dalam diskusi tersebut Kepala BNPB Doni Monardo, Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, pakar lingkungan Prof Emil Salim, dan sejumlah narasumber lain.*

Baca juga: PUPR sebut 44 tanggul Jabodetabek jebol, Anies: Jakarta hanya retak

Baca juga: Anies sebut 211 sekolah Jakarta terendam selama banjir Jabodetabek

Baca juga: Anies kembali singgung soal normalisasi sungai

Pewarta: Dewanto Samodro
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2020