kami melakukan penelitian terkait pengolahan limbah sterofoam
Malang, Jawa Timur (ANTARA) - Dua santriwati Tazkia International Islamic Boarding School (IIBS) Malang Yunita Fawziah dan Fatimah Az- Zahra menyulap sterofoam menjadi paving yang ramah lingkungan.

Atas hasil karyanya itu, kedua santriwati jurusan Scienpreneur tersebut menyabet medali emas di bidang engineering dalam gelaran International Science Technology and Engineering Conference (ISTEC) 2019 yang dilangsungkan di Bandung pertengahan Januari 2020.

"Berangkat dari keresahan kami pada limbah yang mencemari lingkungan, kami melakukan penelitian terkait pengolahan limbah sterofoam tersebut menjadi sesuatu yang yang lebih bermanfaat," kata Fatimah Az Zahra di Malang, Jumat.

Baca juga: Pelajar Lamongan teliti limbah cair tempe sebagai energi listrik

Selain itu, katanya, kebutuhan masyarakat akan bahan bangunan untuk infrastruktur yang semakin lama semakin meningkat, bahkan perencanaan pembangunan yang dibangun secara besar-besaran menjadikan hilangnya daerah tangkapan air secara signifikan.

Kedua santriwati kelas XI (SMA kelas 2) itu berpendapat sterofoam adalah zat non-biodegradable yang dapat menyebabkan kerusakan pada lingkungan, terutama saat sterofoam memecah menjadi potongan-potongan kecil dan tidak dapat diurai selama seratus tahun.

Bekerja sama dengan dosen Teknik Sipil Universitas Brawijaya (UB) Malang Dr Eva Arifi, kedua santriwati Tazkia itu melakukan penelitian dengan kurun waktu 3 bulan.

Mereka membuat blok paving beton berpori dengan menggunakan sterofoam sebagai salah satu bahan campuran. Gagasan tersebut menjadikan santri Tazkia IIBS menunjukkan bakatnya dalam bidang scienpreneur.

Hasil penelitian yang mereka lakukan menunjukkan potensi besar untuk menjadi agregat alternatif yang dapat digunakan dalam trotoar beton berpori. Selain itu, blok paving ini dapat membantu dan mempertahankan penyimpanan air ke dalam tanah.

"Pada zaman sekarang inovasi-inovasi sangat diperlukan guna memperluas daerah serap air yang ditutupi oleh paving. Secara teknis nantinya air akan berjalan melalui pori-pori paving dan jatuh ke dalam tanah. Upaya ini sekaligus untuk mengurangi jumlah limbah sterofoam dengan cara mendaur ulang," paparnya.

Kedua santriwati tersebut harus berjuang untuk mengalahkan ratusan tim dari berbagai negara di belahan bumi ini. Ada 160 tim dari 14 negara yang bersaing di ajang ISTEC 2019. Yunita dan Fatimah mampu menyingkirkan kompetitornya dan meraih medali emas di bidang engineering.

Pembimbing lomba tersebut, Ustadz Maulidan Asrofil Anam menerangkan sebelumnya ada seleksi yang dilewati oleh kedua santri kelas XI itu. Setelah melewati babak penyeleksian, kedua santri ini berhasil lolos dari total 350 peserta.

Setelah itu, tim Tazkia IIBS lolos bersama 160 tim dari berbagai negara. Selanjutnya, hasil karya mereka ditampilkan di final pada ajang ISTEC 2019.

"Ini merupakan salah satu cara Tazkia IIBS untuk menjadikan santri terus menyebarkan inspirasi. Kami berharap, dengan prestasi yang diraih ini menjadikan santri Tazkia lainnya semakin termotivasi untuk berprestasi di ranah internasional," ucapnya.

Baca juga: Pelajar Yogyakarta menciptakan inovasi mi biji alpukat

Pewarta: Endang Sukarelawati
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2020