Bogor (ANTARA) - Keluarga Mahasiswa dan Alumni Penerima Beasiswa Supersemar (KMA-PBS) menyelenggarakan Musyawarah Nasional (Munas) X di Sentul, Bogor, Jawa Barat,  pada 15 dan 16 November 2019, dengan peserta sekitar 350 orang dari 25 provinsi.

“Munas KMA-PBS ini didahului dialog kebangsaan dan seminar nasional dengan tema ‘Memperkokoh Semangat Kebangsaan dan Persatuan Indonesia’,” kata Ketua Panitia Munas X KMA-PBS yang juga moderator pada dialog kebangsaaan, Ir Agus Riyanto MT kepada pers di Sentul, Bogor, Sabtu.

Menurut Agus, dialog kebangsaan pada 15 November 2019 menampilkan narasumber Djaka Permana Ph.D (salah satu pendiri KMA-PBS), Drs H Eddy Djauhari M.Si (mantan Ketua KMA-PBS), Mayjen TNI (Purn) Dr H Ahmad Yani Basuki (Ketua Lembaga Sensor Film), dan Prof Dr Ir Syamsul Bahri MS (Lembaga Pengkajian MPR).

Sementara seminar nasional pada 16 November 2019 menampilkan narasumber mantan Menteri Pendidikan Prof Dr Ir Mohammad Nuh DEA dan Ekonom Dr Hendri Saparini yang kesemuanya alumni penerima beasiswa Supersemar.

Munas KMA-PBS X yang dibuka oleh Pembina Yayasan Supersemar Hj Titiek Soeharto SE itu sendiri akan memilih ketua umum yang baru. Selama lima tahun terakhir, KMA-PBS dipimpin oleh Dr HM Syahrial Yusuf yang juga pendiri sekaligus Presiden Komisaris Lembaga Pendidikan dan Pengembangan Profesi Indonesia (LP3I).

Baca juga: Fasli Djalal akui diselamatkan beasiswa Supersemar

Agus juga menjelaskan, Yayasan Supersemar sejak 1975 hingga 2015 telah memberikan beasiswa dan bantuan pendidikan kepada lebih dari dua juta mahasiswa, baik mahasiswa S1 maupun S2 dan S3, dan lebih dari seribu alumnus penerima beasiswa itu tercacat sudah menjadi profesor (guru besar).

Beasiswa Supersemar diberikan kepada mahasiswa yang berprestasi dari keluarga kurang mampu. Beasiswa ini memiliki makna dalam perjalanan hidup para penerimanya karena pendidikan mereka terselamatkan oleh beasiswa tersebut, bahkan kini mereka dapat meraih kesuksesan.

“Siapa tak kenal pakar hukum tata negara yang kini menjadi Menko Polhukam Prof Dr Mahfud MD, mantan Menteri Pendidikan Prof Dr Mohammad Nuh, atau Fisikawan Prof Yohannes Surya. Mereka adalah beberapa tokoh terpandang di Tanah Air yang pernah menerima beasiswa Supersemar,” katanya.

Baca juga: Seribu penerima beasiswa Supersemar jadi profesor

Di samping itu, menurut Agus, saat ini sudah banyak alumnus penerima beasiswa Supersemar yang menempati berbagai jabatan penting dan strategis seperti menjadi menteri, anggota DPR atau DPRD, gubernur, bupati atau wali kota hingga bankir dan pengusaha terkemuka.

Selain itu, sekitar 70 persen rektor di berbagai perguruan tinggi di Tanah Air adalah para alumnus penerima beasiswa Supersemar, dan ke depan akan makin banyak alumnus penerima beasiswa itu yang berkiprah di bidangnya masing-masing untuk kemajuan bangsa.

Ia juga menyatakan harapannya agar beasiswa Supersemar dapat terus diberikan kepada para mahasiswa dalam upaya meningkatkan kualitas SDM dan masa depan anak-anak bangsa.
Baca juga: 70 persen rektor alumni penerima beasiswa Supersemar
Baca juga: Alumni penerima beasiswa Supersemar sampaikan testimoni

Pewarta: Feru Lantara
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2019