Yogyakarta (ANTARA) - Wali Kota Yogyakarta Haryadi Suyuti menyebut peristiwa kerusuhan pada pertandingan Liga 2 PSIM Yogyakarta melawan Persis Solo pada Senin (21/10) yang juga disertai pembakaran, perusakan hingga pencurian, dan penjarahan adalah murni tindakan kriminal

“Kejadian itu sangat disesalkan. Saya sangat mendukung kepolisian untuk mengusut tuntas peristiwa itu dan pelaku diproses secara hukum. Tindakan itu sudah masuk kriminal,” kata Haryadi di Yogyakarta, Selasa.

Menurut dia, peristiwa kerusuhan yang dilakukan oknum penonton hingga terjadi pembakaran dan perusakan dua mobil milik kepolisian serta perusakan sejumlah sepeda motor dan fasilitas umum di Stadion Mandala Krida merupakan tindakan yang seharusnya tidak boleh terjadi di pertandingan olahraga yang mengedepankan sikap sportivitas dan “fair play”.

“Tetapi yang terjadi di lapangan sungguh sangat tidak dikehendaki. Kejadian ini sangat disayangkan,” katanya.

Peristiwa kerusuhan dalam pertandingan sepak bola di Yogyakarta tidak hanya terjadi sekali saja, tetapi kejadian serupa juga pernah terjadi di stadion tersebut.

“Akan dievaluasi secara menyeluruh. Kami selalu memberikan imbauan ke penonton bahwa tujuan utama mereka datang ke stadion adalah untuk menyaksikan pertandingan sepak bola, bukan untuk berbuat rusuh,” katanya.

Ia menyebut, peristiwa kerusuhan tersebut akan sangat merugikan banyak pihak, tidak hanya kerugian secara material saja tetapi juga bisa berdampak pada kerugian nonfisik terlebih pertandingan sepak bola tersebut juga disaksikan banyak anak-anak dan perempuan.

“Kalau mau menonton sepak bola jangan bawa senjata tajam atau molotov. Tidak perlu membawa spanduk dengan tulisan provokatif. Datang ke stadion seharusnya diniatkan untuk menonton sepak bola,” katanya.

Peristiwa kerusuhan dan perusakan yang terjadi usai laga PSIM vs Persis tersebut, lanjut Haryadi menjadi pembelajaran penting dalam menyelenggarakan pertandingan sepak bola di masa yang akan datang.

“Laga tersebut sudah diantisipasi oleh penyelenggara. Selain penonton, kami pun berharap agar pemain tidak mudah terprovokasi. Kejadian ini evaluasi bagi semua pihak, termasuk PSSI terhadap laga yang dinilai rawan,” katanya.

Ia menyebut, Pemerintah Kota Yogyakarta bertanggung jawab penuh atas kerusakan yang timbul dari kerusuhan tersebut.

“Kami akan mengundang manajemen PSIM, termasuk kelompok suporter dari Brajamusti dan Maident untuk evaluasi. Ini dijadikan pembelajaran bersama,” katanya yang menyebut jika Stadion Mandala Krida sebagai tempat penyelenggaraan laga berstatus pinjaman dari Pemerintah DIY.

Baca juga: Sultan HB X prihatin atas kerusuhan suporter bola di Yogyakarta

Baca juga: Dua mobil polisi jadi sasaran amukan suporter bola di Yogyakarta

Baca juga: Laga PSIM Yogyakarta kontra Persis Solo berakhir ricuh


Pewarta: Eka Arifa Rusqiyati
Editor: Yuniardi Ferdinand
Copyright © ANTARA 2019