Kota Probolinggo, Jawa Timur (ANTARA) - Wali Kota Probolinggo Hadi Zainal Abidin mengatakan para santri harus siap menghadapi revolusi industri 4.0 untuk menyesuaikan tuntutan perkembangan zaman, sehingga santri harus kreatif, inovatif dan adaptif terhadap nilai-nilai baru yang baik sekaligus teguh menjaga tradisi nilai-nilai baik.

"Di era perkembangan teknologi 4.0, santri khususnya di Kota Probolinggo punya karakter dan loyalitas yang sangat tinggi," kata Wali Kota Probolinggo yang biasa dipanggil Habib Hadi saat menghadiri upacara Hari Santri Nasional (HSN) ke-V tahun 2019 di Stadion Bayuangga Kota Probolinggo, Jawa Timur, Selasa.

Pada Hari Santri Nasional, lanjut dia, Pemerintah Kota Probolinggo melibatkan semua elemen yang menunjukkan kekuatan bahwa bangsa Indonesia tidak mudah dipecah belah dan menjadi negara baldatun toyyibatun wa rabbun ghafur.

Baca juga: DPP IPI: Santri harus optimistis hadapi revolusi 4.0

"Santri tidak boleh kehilangan jati dirinya sebagai Muslim yang berakhlakul karimah. Kebersamaan santri dan semua elemen masyarakat berkolaborasi menuju masa depan lebih baik lagi untuk perdamaian dunia," tuturnya.

Dalam peringatan HSN tahun 2019 terasa istimewa dengan hadirnya Undang-undang (UU) nomor 18 tahun 2019 tentang pesantren, sehingga dengan UU itu memastikan bahwa pesantren tidak hanya mengembangkan fungsi pendidikan, tetapi juga mengembangkan fungsi dakwah dan fungsi pengabdian/pemberdayaan masyarakat.

"Dengan UU Pesantren, pemerintah harus hadir sehingga tidak ada lagi perbedaan pendidikan di pondok pesantren atau lembaga pendidikan lainnya. Itu harus didukung, didorong oleh pemerintah karena pesantren juga mencetak generasi penerus bangsa," katanya.

Kegiatan HSN di Kota Probolinggo diawali suara pembacaan Asmaul Husna oleh anggota Polri-TNI dan ribuan santri peserta upacara yang berkumandang di Stadion Bayuangga, kemudian dilanjutkan pengecekan pasukan oleh Wali Kota Habib Hadi dan pengibaran bendera merah putih.

Selain itu, juga berlangsung teaterikal yang berjudul "Resolusi Jihad" secara apik ditampilkan santri Pondok Pesantren Riyadlus Sholihin, Ketapang, Kota Probolinggo yang menceritakan tentang perjuangan, eksistensi dan jasa para ulama dan santri dalam berdakwah merebut, mengawal, mempertahankan dan mengisi kemerdekaan.

Aksi teaterikal itu diakhiri dengan membentangkan bendera merah putih raksasa yang dibawa lari mengelilingi Stadion Bayuangga membuat forum komunikasi pimpinan daerah Kota Probolinggo dan ribuan santri berdecak kagum dan persembahan terakhir yakni 1000 siswa SD/MI se-Kota Probolinggo membawakan Tari Kidung Islami.

Baca juga: PBNU: Revolusi Industri 4.0, santri jangan kehilangan jati diri

Pewarta: Zumrotun Solichah
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2019