Garut (ANTARA) - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Garut, Jawa Barat, menerjunkan tim untuk menelusuri kebenaran penyebab kematian seorang anak usia dua tahun untuk mengetahui penyebabnya akibat imunisasi atau faktor penyakit lain.

"Saya akan cari data awal untuk dicari penyebabnya, apakah ada tindakan hubungan medis sebelumnya atau bagaimana," kata Kepala Seksie Surveilans dan Imunisasi Dinas Kesehatan Garut, Asep Surahman usai menemui orang tua bayi yang meninggal di rumahnya Kampung Ciawitali, Desa Jayaraga, Kecamatan Tarogong Kidul, Garut, Senin.

Ia menuturkan, pemerintah akan menginvestigasi kasus yang dikeluhkan masyarakat terkait masalah imunisasi anak sehingga bisa diketahui penyebab kematiannya.

Tim dari Dinkes Garut, kata dia, sudah meminta keterangan orang tua anak, kemudian mengumpulkan berkas atau buku jadwal imunisasi anak untuk dianalisa lebih lanjut.

"Untuk investigasinya nanti ada pokja komisi penanggulangan setelah imunisasi, ada tingkat kabupaten dan provinsi," katanya.

Baca juga: Dinkes Sumbar mencatat seorang warga meninggal karena difteri

Baca juga: Dua bayi di Nganjuk meninggal setelah diimunisasi


Terkait dugaan awal, kata dia, belum dapat diketahui karena saat ini masih dalam tahapan investigasi, hasilnya akan diumumkan nanti oleh tim secara terbuka.

"Kami tidak akan menutup-nutupi, saya datang ke sini tidak membela diri, kita buka saja cara pembuktiannya," katanya.

Ia menambahkan, pemerintah menjalankan program imunisasi bertujuan untuk menjaga kesehatan anak agar tidak mudah terserang penyakit.

Anak yang mendapatkan vaksin saat itu, kata dia, tidak hanya satu orang, tetapi ada beberapa anak lainnya diberi imunisasi vaksin yang sama, bahkan vaksin tersebut yang kedua kalinya.

"Waktu itu delapan orang disuntik untuk jenis vaksin yang sama, kalau pun penyebabnya vaksin harusnya semuanya," katanya.

Ibu bayi Ayudia Zahrani (2), Sugiatmi (37) mengatakan, anaknya diimunisasi Measles and Rubela (MR) di Puskesmas Haurpanggung, Kecamatan Tarogong Kidul, sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan pada 15 Oktober 2019.

Sugiatmi mengatakan anaknya mengalami lemas bahkan kejang-kejang tiga hari setelah diimunisasi atau pada Jumat (18/10), kemudian Sabtu (19/10) mengalami demam hingga harus dibawa ke Klinik Baiturahman, Garut.

Dokter klinik, kata dia, langsung memberi penanganan medis dan dinyatakan mengalami diare dan dehidrasi hingga harus dirawat untuk mendapatkan penanganan medis lebih lanjut.

Namun, sebelum dilakukan uji laboratorium di klinik untuk mengetahui lebih dalam kondisi kesehatannya, anak tersebut meninggal dunia pada Minggu (20/10) pagi.

"Sempat sulit nafas juga padahal pakai oksigen, awalnya itu mau cek laboratorium tapi baru buka jam 8 pagi, anaknya keburu meninggal," kata Sugiatmi.

Ia mengatakan tidak menyalahkan imunisasi sebagai penyebab kematiannya, namun menduga awal mula kondisi kesehatan anaknya menurun setelah beberapa hari diimunisasi MR di puskesmas.

Namun Sugiatmi berharap ada pihak yang bisa lebih jelas untuk menerangkan penyebab kematian anaknya tersebut.

"Tidak ada kepikiran gara-gara imunisasi meninggalnya, saya juga enggak bilang ke dokter habis imunisasi, sekarang cuma ingin tahu penyebabnya saja," katanya.*

Pewarta: Feri Purnama
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019