Lahan terbatas menjadi kendala bagi Pemda untuk mengajak warga Tanjung Duren Utara membangun septic tank
Jakarta (ANTARA) - Sore hari temaram, Jiyem (42) menata kembali makanan dagangannya seperti pastel dan lontong di pinggir Kali Gendong. Sesekali, anak kecil yang ingin beli minuman serbuk, ia layani.

Aktivitas warga Gang Sekretaris I RT 15/07 Tanjung Duren Utara, Grogol Petamburan Jakarta Barat saat itu lebih banyak membersihkan diri. Jiyem sambil terduduk di lapak kecilnya, menunggu giliran mandi.

Aroma tidak sedap muncul dari saluran pembuangan dekat lapaknya saat seseorang ada di kamar mandi. Dengan santainya, dia masih mengunyah makanannya.

"Udah biasa, enggak bau kok," ujar wanita paruh baya itu.

Sudah dua tahun, wanita asal Wonogiri itu mengontrak kamar di kawasan itu. Setiap pagi dan sore hari saat warga sedang mandi, ia mengaku bau tercium hanya sebentar saja.

Senada halnya dengan Rasiah (39), tetangga Jiyem, yang mengatakan sudah terbiasa dengan bau Kali Gendong setiap warga mandi di pagi dan sore hari.

"Kan kalau mandi, air langsung ngalir. Jadinya enggak bau-bau amat, sudah biasa juga," kata dia.

Rasiah mengaku dirinya sering duduk santai atau makan di pinggir Kali Gendong. Hanya saat tetangganya mandi pagi dan sore, ia tidak melakukan kebiasannya.

"Yang penting kita bersih pakai air. Airnya pakai PAM juga bersih," ujar dia melanjutkan.

Kondisi rumah warga di wilayah tersebut berjarak sempit dan berdempetan. Kebanyakan merupakan bangunan semi permanen. Satu rumah bisa dihuni oleh pemilik, dan dua hingga tiga pengontrak kamar di lantai dua.

Sepanjang 100 meter gang tersebut, terdapat 21 titik kamar mandi umum warga. Jamban kecil mereka hanya tersedia satu ember air dan jamban yang menyatu dengan lantainya.

Ketika warga sedang mandi dan buang air, otomatis limbah mengalir melalui saluran pipa menuju Kali Gendong. Rupanya, tangki septik untuk menampung limbah kotoran selama ini tidak pernah ada.

Malu

Fakta jamban warga Gang Sekretaris I tidak sehat terbongkar setelah Kepala Suku Dinas Kesehatan Jakarta Barat Kristi Watini memaparkannya dalam giat verifikasi Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) di Kantor Kelurahan Tanjung Duren Utara, Selasa (1/10).

Kristi membeberkan, 214 Kepala Keluarga (KK) di 4 RW wilayah Tanjung Duren Utara belum memiliki jamban sehat dan memilih BAB di saluran air.

"Kondisi terburuk paling banyak dialami warga di RT 15 RW 07 yakni 124 KK," ujar dia.

Tak ayal, fakta tersebut membuat istri Wali Kota Jakarta Barat, sekaligus Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) Jakarta Barat Inad Luciawati Rustam Effendi marah sambil menahan malu.

"Padahal dari kantor ini (Kelurahan Tanjung Duren Utara) masih terlihat Monas. Saya malu ada warga di sini BAB-nya sembarangan,” ujar istri Wali Kota Jakarta Barat Rustam Effendi itu.

Ia kemudian meminta seluruh jajaran kelurahan dan kecamatan untuk menyediakan fasilitas jamban bersih agar kebiasaan buruk warga tersebut hilang.

"Jika warga terus dibiarkan BAB tidak pada tempatnya, tentu sangat berdampak buruk terhadap lingkungan dan rentan memicu berbagai penyakit seperti diare, tifus, tumbuh kerdil dan sebagainya," ujar dia.

Kendala

Puluhan tahun Gang Sekretaris I tak pernah membangun tangki septik. Kendala demi kendala muncul saat ada keinginan mewujudkan jamban bersih di lingkungan itu.

Ketua RT 15/07 Sitanggang membantah jika warganya BAB sembarangan. Pasalnya, tidak ada warganya yang BAB sembarangan di kali seperti yang dituduhkan.

Hanya saja, jamban milik warganya belum dikategorikan sebagai jamban bersih. Sebab pembuangan limbah kotorannya masih menuju Kali Gendong akibat terkendala lahan pemasangan tangki septik.

"Sebenarnya ada jamban, cuma pembuangannya dialirkan ke kali. Mungkin ada warga punya jamban, tapi mungkin enggak layak pembuangannya," ujar Ketua RT 15 Sitanggang di Jakarta, Jumat.

Sitanggang membantah jika warganya masih BAB sembarangan, hanya saja instalasi bak penampungan kotoran belum terpasang karena adanya kendala lahan.

"Itu memang sudah direncanakan, tapi yang kita kendalakan begini, kalau umpamanya kita buatkan tempatnya dimana? Kalau dibuatkan untuk pembuatan dari mana?" kata Sitanggang.

Ia juga mengkhawatirkan jika bak penampungan kotoran telah digunakan berkelanjutan, akan ada biaya untuk pemeliharaan dan penyedotan yang belum terpikirkan sumber dananya.

Sitanggang juga menyebut kebutuhan warga akan tangki septik sudah sering dibicarakan setiap ada musrembang (Musyawarah Perencanaan Pembangunan). Namun belum ada realisasi yang memungkinkan.

"Itu kan seharusnya sudah diatur di Pergub nomor 878 tahun 2018 tentang penataan kampung? Saya harap sih bisa ditindaklanjuti," ujar dia.

Sementara dari pihak Kelurahan Tanjung Duren Utara dan Kecamatan Grogol Petamburan, mereka menginisiasi pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) komunal untuk warganya.

Dari pihak kecamatan, mereka mendatangkan satu IPAL komunal yang didapat dari perusahan pengolah air limbah PD PAL Jaya.

Kepala Suku Dinas Sumber Daya Air Jakarta Barat Purwanti membenarkan bahwa kendala utama pemasangan IPAL komunal di Tanjung Duren Utara adalah keterbatasan lahan.

"Kita masih kendala di lokasi penempatan IPAL nya itu atau penempatan septic tanknya. Rumah warga sempit, kalau dibikin, warga jalannya lewat mana? Kalau atasnya buat lalu lintas warga kita harus kasih perkuatan kan? Minimal dindingnya batu," ujar Purwanti.

"Kalau saja ada lokasi agak gede aja dikit, bisa kita sambungkan pipa ditaruh di lapangan, baru disitu bisa dipakai beramai-ramai dengan kapasitas lebih besar," ujar dia melanjutkan.

Selain itu, Purwanti mengatakan pengadaan IPAL komunal di wilayah itu belum dianggarkan oleh pihaknya. Baik dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) tahun 2019 maupun di tahun 2020.

"Makanya kita cari CSR, ada yang mau kasih dari kecamatan ada PD PAL JAYA, kita ada dari perusahaan pembuat tangki septik," ujar dia

Bantuan
 

Tangki septik yang mulai dipasang warga di sepanjang Gang Sekretaris I Tanjung Duren Utara, Grogol Petamburan, Jakarta Barat, Rabu (9/10/2019). (ANTARA/DEVI NINDY)
Harapan untuk membuat tangki septik untuk warga telah mendapat titik terang. PD PAL Jaya mengirimkan satu IPAL komunal yang sangat dibutuhkan warga Gang Sekretaris I.

Namun, IPAL komunal itu tidak berhasil dipasang, sebab ukurannya sebesar ukurannya 2,5x1,20 meter, melebihi lebar jalan warga yang hanya selebar satu meter.

Tangki septik komunal yang semula akan dipasang di sana untuk mengatasi pembuangan limbah tinja langsung ke Kali Gendong, kemudian batal dipasang.

Baca juga: Lubang "septick tank" segera dibangun di Tanjung Duren Utara

Lurah Tanjung Duren Utara Iskandar menyebutkan lokasi Gang Sekretaris I selebar satu meter, tidak memadai untuk dipasang tangki septik komunal yang sudah tiba dari pengelola air limbah Perusahaan Daerah (PD) PAL Jaya.

"Ada 21 titik jamban warga yang langsung membuang ke saluran Kali Gendong. Kemarin kita sudah ada barang untuk 'septic tank' ukurannya 2,5x1,20 meter, tapi melihat medannya seperti ini agak sulit," ujar Iskandar.

Baca juga: Tangki septik mulai dipasang untuk warga Tanjung Duren Utara

Untuk kawasan rumah penduduk di Gang Sekretaris I sepanjang 100 meter, pembuatan IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) komunal direncanakan dibangun untuk tiga titik.

Meski batal membangun tangki septik komunal karena keterbatasan lahan, warga Tanjung Duren Utara mulai memasang tangki septik kecil untuk keseluruhan titik jamban di Gang Sekretaris I RT 15/07.

Sitanggang mengatakan, tangki septik berukuran ukuran 0,8x1 meter dipasang pada 21 titik jamban warga. Pemasangannya pun perlu membongkar jalan.

"Tiap hari akan kami pasang tiga sampai selesai. Sore ini baru satu selesai kami pasang," ujar Sitanggang di Jakarta, Rabu.

Baca juga: Kecamatan Grogol akan bangun jamban komunal di Tanjung Duren Utara

Sitanggang mengatakan dengan tangki septik tersebut, limbah kotoran akan tertampung di dalamnya. Sedangkan airnya akan mengalir ke Kali Gendong.

"Pakai 'septic tank' ini mesti disedot setahun sekali," kata dia.

Untuk pemasangan tangki septik, jalanan Gang Sekretaris I dibongkar. Namun agar warga bisa melintas, papan kayu diletakkan di atas lubang pembongkaran.

Seluruh sarana tangki septik dan perpipaannya didapat dari "Corporate Social Responsibility (CSR)" oleh Suku Dinas Sumber Daya Air Jakarta Barat.

Sampai saat ini, pengerjaan tangki septik masih berlangsung. Diperkirakan, pemasangan tangki septik memakan waktu dua minggu hingga nantinya dapat dimanfaatkan warga dan membuat wajah Kali Gendong berubah lebih baik.

Editor: Ganet Dirgantara
Copyright © ANTARA 2019