Program Kementerian Pertanian memberikan bantuan seperti tetua benih sumber, pestisida dan pupuk gratis, agar petani bisa memproduksi benih jagung hibrida sendiri
Jakarta (ANTARA) - Kementerian Pertanian memberikan bantuan kegiatan Pengembangan Kawasan Jagung Hibrida berbasis korporasi petani untuk mendorong petani menanam jagung untuk produksi, daripada jagung untuk konsumsi.

Direktur Perbenihan Tanaman Pangan Takdir Mulyadi menjelaskan program ini untuk meningkatkan kapasitas kelompok penangkar benih. Selain itu juga merangsang kelembagaan ekonomi petani agar bisa mengelola bisnis penangkaran benih jagung hibrida secara mandiri dan petani penangkar mendapatkan nilai tambah.

"Program Kementerian Pertanian memberikan bantuan seperti tetua benih sumber, pestisida dan pupuk gratis, agar petani bisa memproduksi benih jagung hibrida sendiri," kata Takdir saat menandatangani MoU dengan petani penerima bantuan kegiatan Pengembangan Kawasan (Perbenihan) Jagung Hibrida Berbasis Korporasi Petani Tahun 2019 di Minahasa, Rabu.

Takdir dalam keterangannya menjelaskan hasil dari penangkaran ini disiapkan pasarnya untuk berkontribusi mencukupi kebutuhan benih tahun 2020. Sebanyak 500 hektare lahan akan diprogramkan di antaranya varietas produksi Badan Litbang Kementan atau benih rakitan anak bangsa.

Untuk tahap awal, Kementan melakukan tanam perdana di Kecamatan Remboken, Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara dengan rencana luas tanam 100 ha.

Nantinya, program ini diharapkan dapat berlanjut selama tiga tahun sampai petani bisa memproduksi benih secara mandiri dan dikelola melalui kelembagaan korporasi petani.

Baca juga: Jokowi banggakan produksi komoditas jagung nasional

Baca juga: Produksi dan kualitas jagung Indonesia tidak kalah bersaing


Dalam rangka penguatan kapasitas SDM, Takdir menyatakan petani dibekali kemampuan teknis menangkarkan benih jagung hibrida agar bisa membuat benih jagung hibrida secara mandiri.

Pasalnya, Kementan menginginkan petani berdaya, tidak perlu membeli benih lagi, bahkan dapat dikomersialkan untuk dijual.

"Selama ini kami melakukan impor tetua benih jagung hibrida. Apabila kita membuat sendiri, kita bisa menghemat devisa dan membuka kesempatan kerja dalam negeri," kata Takdir.

Ia mencatat ada beberapa keuntungan yang diperoleh dari konsep kawasan perbenihan berbasis korporasi petani yakni pendapatan petani meningkat dengan menjual berupa benih kurang lebih 20 persen lebih tinggi dibandingkan jika menanam jagung konsumsi, menekan biaya produksi (produksi benih insitu).

Selain itu, petani dapat memiliki saham seutuhnya, menggunakan alsintan modern yang dikelola secara bergulir, dan bisa mengakses permodalan melalui bank, serta transfer teknologi dan pendampingan menjadi lebih mudah.

Kalau berhasil, setiap hektare lahan bisa memproduksi calon benih sekitar 5-6 ton. Jika dibandingkan dengan menjual berupa calon benih, jauh lebih mahal dibandingkan dengan jual hasil jagung untuk konsumsi. Selisih keuntungannya sekitar Rp3 juta sampai Rp4 juta per hektare.

Baca juga: Kementan tegaskan produksi jagung cukupi kebutuhan pakan ternak

Baca juga: Anggota DPR akan tinjau data produksi jagung


 

Pewarta: Mentari Dwi Gayati
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2019