Akhir-akhir ini peminatnya banyak, terutama dari warga setempat
Jakarta (ANTARA) - Barang-barang kerajinan rotan yang banyak diperdagangkan di tepi Jalan Pramuka Jakarta Timur kian diminati warga terutama perabotan rumah tangga, mainan anak dan cendera mata.

“Akhir-akhir ini peminatnya banyak, terutama dari warga setempat. Terutama untuk anak-anak mulai dari baru lahiran, baru duduk atau baru bisa jalan," kata Toib, salah seorang penjual anyaman rotan saat ditemui di ruang kerjanya, Selasa.

Toib juga menjelaskan selain menjual anyaman rotan untuk anak-anak seperti kuda-kudaan, ayunan bayi, kursi anak untuk dipasang di motor, kursi dan meja anak, hulahop juga dijajakan peralatan rumah tangga seperti meja, kursi, partisi dan lain-lain.

Meski jualannya tidak seramai dulu, Toib mengatakan kalau setiap hari pasti ada yang beli.

Baca juga: Menperin imbau industri rotan dan kerajinan genjot ekspor

“Yaa, kalau dibandingkan sama dulu mah jauh lah, cuma kalau dibilang banyak yang nyari ya alhamdulillah, kalau dulu kita jual kursi satu set keuntungannya cukup untuk beberapa hari, kalau sekarang mah kita ngejual barang, ntar sore juga keuntungannya abis,” tambahnya.
 
Pembeli tengah melihat-lihat sentra pedagang rotan di tepi Jalan Pramuka Jakarta Timur (Foto ANTARA/ Agus Saeful Imam)

Toib menjual anyamannya mulai dari Rp80.000 sampai yang paling mahal Rp1,5 juta.

“Kalo omset tidak tentu, kalau Senin sampai Jumat adalah Rp400-500 ribu, kalo akhir pekan, lumayan bisa sampai Rp1,5 juta,” ujar Toib.

Pria yang sudah berjualan anyaman rotan dari kecil ini mengaku belum pernah melakukan pekerjaan lain selain jualan rotan.

“Sudah lama saya jualan, dari saya masih kecil yang cuma bantu ayah saya, sampai ayah saya meninggal, saya yang melanjutkan karena ini udah turun temurun,” ujar Toib.

Banyak faktor
Tidak jauh dari tempat Toib berjualan, Adai yang sudah berjualan anyaman sejak dua tahun lalu mengungkapkan bahwa semakin sulit didapat, semakin banyak yang nyari.

“Yaa, banyak justru orang itu semakin sulit barang didapat, semakin banyak yang nyari,” ujar Adai.

Adai juga mengungkapkan bahwa penjualan dipengaruhi juga dengan tempat berjualan.

“Yang namanya jualan ya pasti kadang sepi kadang rame, jadi tidak bisa diperkirakan, apalagi kita ini jualan di pinggir jalan, jadi banyak aturan, ada jalur sepeda, ada bus way jadi jam-jam tertentu mobil tidak bisa parkir, ya kita mah ikut aja, namanya juga aturan,” tambahnya.

Baca juga: Tas perpaduan rotan dan kulit sudah diekspor

Awalnya para penjual anyaman rotan berjualan di Rawasari tetapi karena ada penggusuran mereka pindah ke Jalan Pramuka, para penjual rotan ini dikenai biaya sekitar Rp1,5 juta per bulan untuk sewa tempat.

Selain menjual, mereka juga memiliki jasa perbaikan anyaman rotan yang sudah rusak dengan biaya bervariasi, tergantung tingkat kerusakan dari mulai Rp50.000 - Rp250.000.

Pewarta: Ganet Dirgantara
Editor: Edy Sujatmiko
Copyright © ANTARA 2019