Ampun ga kuat mas, padahal udah sore tapi masih kerasa banget."
Jakarta (ANTARA) - Sisa-sisa gas air mata masih terasa di perempatan Pejompongan dekat dengan Pos Polisi pada Kamis sore sekitar pukul 16.40 WIB usai terjadi kericuhan pada Rabu (26/9) dan membuat mata perih serta sesak nafas.

Sepanjang perempatan hingga dekat Stasiun Palmerah nampak masyarakat yang tengah berjalan dan menunggu angkutan memakai masker. Tak sedikit dari mereka mencuci muka dengan air untuk menghilangkan rasa perih.

Baca juga: Ribuan mahasiswa Tulungagung gelar aksi tolak RUU KUHP dan UU KPK

Baca juga: Massa banjiri Gedung DPRD NTB tolak RKUHP dan UU KPK yang baru

Baca juga: Sejumlah fasilitas publik Kelurahan Gelora rusak pascademo pelajar

Baca juga: Akademisi: Gerakan mahasiswa sudah bergeser


Petugas dari PLN yang sedang memperbaiki sambungan saluran kabel yang terbakar pun tidak kuasa menahan perih sisa gas air mata dan sesekali bergantian melakukan perbaikan.

"Ampun ga kuat mas, padahal udah sore tapi masih kerasa banget," kata salah satu petugas PLN Suryadi di Pejompongan, Kamis.

Selain menyisakan udara yang membuat perih mata dan kerongkongan, situasi di jalan sekitar Pejompongan masih terlihat sisa-sisa pembakaran.

Meski masih menyisakan aroma kericuhan, namun aktivitas warga sudah kembali normal. Sejumlah pedagang kaki lima tampak berjualan di sepanjang trotoar mulai dari tangga masuk Stasiun Palmerah dan arus lalu lintas pun lancar.

"Ya gimana lagi mas, nafkah saya memang di sini. Meski perih sisa gas air mata yah harus cari rezeki," ujar Yanyan salah satu pedagang kopi.

Sementara pos polisi Pejompongan yang dibakar massa kondisinya hangus tak tersisa. Hingga sore ini kondisi Pospol tersebut tidak dipasangi garis polisi dan dibiarkan.

Pewarta: Asep Firmansyah
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2019