Hujan yang mengguyur Kota Batam dan sekitarnya itu terjadi alami, bukan karena proses penggaraman yang terjadi di Pulau Sumatera.
Batam (ANTARA) - Wilayah Provinsi Kepulauan Riau diguyur hujan dengan intensitas sedang hingga lebat pada Senin siang, dan menyebabkan kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) berkurang.

"Hujan relatif merata di seluruh Kepri, mulai dari Ranai, Anambas, Bintan, Batam, Karimun dan Dabo," kata Kepala Seksi Data dan Informasi Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam, Suratman, Senin.

Hujan yang turun merata di penjuru provinsi kepulauan itu diharapkan dapat menghalau kabut asap yang selama beberapa hari ini menaungi Kepri.

Ia mengatakan hujan yang mengguyur Kota Batam dan sekitarnya itu terjadi alami, bukan karena proses penggaraman yang terjadi di Pulau Sumatera.

"Hujan dari arah timur, menuju ke Batam, Kepri. Pergerakan awan menuju Pulau Sumatera, Riau," kata dia.

Ia juga optimistis, bila hujan intensitas lebat terus terjadi, maka dapat mengurangi titik api yang terdapat di Kepri.

Pada Senin pagi, BMKG memantau delapan titik api yang terdapat di Dabo, Kabupaten Lingga dan Kundur, Kabupaten Karimun.

"Kalau asap yang ada di Batam, berasal dari Pontianak, karena arah angin dari selatan dan tenggara," kata dia.

Saat ini, ia juga mencatat jarak pandang di sejumlah bandara Kepri berkurang, akibat hujan.

Jarak pandang di Tanjungpinang berkisar pada 2 km, di mana sebelumnya sepanjang 4 km.  Kemudian Batam kini berjarak pandang 2 km, di Karimun sepanjang 4 km dan Damo 1,5 km.

"Harapannya, setelah hujan reda, jarak pandang bertambah, seiring dengan berkurangnya kabut asap," kata dia.

Sementara itu, warga Kota Batam bersyukur dengan hujan yang turun deras.

"Alhamdulillah, udara kembali segar," kata warga Batam, Riki.

Hujan juga diharapkan dapat mengisi waduk kota yang volumenya berkurang akibat kemarau.

Baca juga: Asap Karhutla - Warga Batam laksanakan Shalat Istisqa

Baca juga: Pemkot Batam imbau ibu hamil tidak keluar rumah

Baca juga: Jarak pandang di Kepri terus menurun

Pewarta: Yuniati Jannatun Naim
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2019