Palu (ANTARA) - Kota Palu, Sulawesi Tengah, pada Desember 2019 nanti akan memiliki jalan layang (fly-over) pertama di Sulawesi Tengah yang dibangun dengan menerapkan teknologi baru yang sesuai kebutuhan wilayah yang berpotensi dilanda gempa bumi.

"Insya Allah 31 Desember 2019, proyek ini selesai dan fungsional," kata Kepala Satker II Balai Pelaksana Jalan Nasional (BPJN) XIV Ibnu Kurniawan di lokasi proyek 'fly-over' Pantoloan, Kota Palu, Jumat.

Proyek bernilai Rp85 miliar yang bersumber dari APBN 2019 Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mulai dikerjakan oleh kontraktor PT. Pasifik Nusa Indah pada Juli 2019 dengan masa kontrak sekitar 161 hari dan berakhir 31 Desember 2019.

Pembangunan jalan layang ini telah memasuki tahap pemancangan tiang mulai Kamis (5/9) malam, yang akan berjumlah 42 titik dengan kedalaman sekitar 28 meter.

Dalam disain konstruksi, proyek ini akan menggunakan teknologi baru bernama mortar busa atau timbunan ringan, berupa campuran antara semen, air dan pasir busa yang akan digunakan menimbun oprit (kepala jembatan). Teknologi ini ditemukan oleh Pusat Jalan dan Jembatan (Pusjatan) Kementerian PUPR dan sudah diterapkan di beberapa tempat di Jawa.

Menurut Ibnu yang didampingi Project Officer Aldino Angga, mortar busa memiliki beberapa keunggulan yakni bahannya lebih kuat dan padat namun lebih ringan dibandingkan dengan timbunan pilihan, sehingga lebih sesuai dengan daya dukung tanah, khususnya di Kota Palu yang memiliki risiko besar terjadi gempa bumi.

"Penggunaan teknologi ini juga akan membantu mempercepat pelaksanaan pekerjaan dibanding menggunakan timbunan biasa," ujarnya.
Pihak kontraktor memberikan penjelasan teknis mengenai pelaksanaan proyek jalan layang Pantoloan kepada Project Officer dari BPJN XIV Sulteng Aldino Angga (kanan) di Pantoloan, Kamis (5/9) petang. (ANTARA/Rolex Malaha)

Jalan layan Pantoloan sepanjang 904 meter ini dibangun untuk mendukung kelancaran arus lalulintas jalan trans Sulawesi yang melintas di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Palu di Kelurahan Pantoloan, sehingga bisa menjadi pemicu pertumbuhan ekonomi di Kota Palu.

"Jalur trans Sulawesi kita buatkan fly-over dengan ketinggian lima meter, sedang di bagian bawahnya adalah akses utama dari KEK Palu menuju dermaga peti kemas Pantoloan yang panjangnya mencapai 300 meter, sehingga kedua jalur itu tidak saling menghambat," ujar Aldino Angga.

Terkait masa kontrak yang cukup singkat dibandingkan volume pekerjaan yang cukup besar, Aldino optimistis bisa diselesaikan tepat waktu.

Alasannya, proyek ini mendapat dukungan besar dari pemerintah dan masyarakat ditambah dengan kontraktor yang dinilai berpengalaman serta memiliki SDM dan peralatan yang memadai.

"Kita sangat bersyukur dengan dukungan pemerintah dan masyarakat sekitar proyek sehingga akses jalan utama bisa dialihkan ke lokasi lain sehingga lokasi proyek tidak terhambat arus lalu lintas yang dukup padat di jalan trans Sulawesi Palu-Pantoloan," ujarnya.

Kendala yang mungkin ditemui dalam pelaksanaan proyek ini adalah musim hujan, karena pada saat musim hujan, air yang disertai berbagai jenis sedimen dari pegunungan, cukup deras mengalir ke lokasi proyek, namun hal itu sudah diantisipasi dengan memperlebar kanal mengalirnya air banjir ke laut.


Baca juga: Pembangunan jalan layang Pantoloan Palu dipercepat


 
Kasatker II BPJN XIV Ibnu Kurniawan memberikan penjelasan kepada wartawan usai pemancangan tiang pertama pembangunan jalan layang Pantoloan di Pantoloan, Kamis (5/9) malam. (ANTARA/Rolex Malaha)

Pewarta: Rolex Malaha
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2019