Sudah tidak ada lagi penjualan minuman kemasan botol plastik di kantin sekolah, anak-anak membawa "tumbler" dan bisa memanfaatkan air minum langsung yang ada di sekolah
Malang, Jawa Timur (ANTARA) - Para pelajar di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 7 Kota Malang berkomitmen untuk mengurangi timbulan sampah plastik melalui pengurangan penggunaan botol minum plastik sekali pakai.

Humas Adiwiyata SMAN 7 Kota Malang Dwi Iriani mengatakan bahwa, pihak sekolah mengimbau para siswa untuk membawa botol minum (tumbler) untuk mengurangi timbulan sampah plastik dari botol minuman kemasan melalui gerakan zero plastic waste.

"Sudah tidak ada lagi penjualan minuman kemasan botol plastik di kantin sekolah, anak-anak membawa tumbler dan bisa memanfaatkan air minum langsung yang ada di sekolah," katanya di Kota Malang, Jawa Timur, Rabu.

Ia  mengatakan, pengadaan air minum di SMAN 7 Kota Malang menggandeng Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Malang, dengan salah satu produk air siap minum yakni Zona Air Minum Prima (ZAMP).

ZAMP merupakan wilayah khusus yang dirancang sebagai wilayah air siap minum, atau air yang dialirkan ke suatu area tertentu telah memenuhi syarat untuk bisa langsung diminum, tanpa dimasak terlebih dahulu.

"Kami langsung melihat proses air minum tersebut. Dari data yang kami miliki, itu memang baik untuk diminum. Setiap dua hari sekali, dicek kelayakan air minum tersebut," katanya.

ia  menjelaskan, upaya untuk mengurangi timbulan sampah plastik terutama botol air minum kemasan tersebut, berawal dari keinginan untuk mengurangi sampah plastik yang cukup banyak di SMAN 7 Kota Malang.

Diperkirakan, jumlah botol plastik bekas yang timbul dari konsumsi air minum dalam kemasan mencapai 390 botol bekas per hari. Pelarangan penjualan air minum dalam kemasan itu, awalnya mendapatkan penolakan dari penjual di kantin sekolah dan para siswa.

"Awalnya memang ada penolakan dari penjual di kantin sekolah, karena penjualan itu memiliki keuntungan yang besar. Namun, kami memberikan opsi lain kepada para penjual dan pada akhirnya mereka menyetujui," kata Dwi Iriani, yang juga Fasilitator Eco Mapping GIZ tersebut.

Saat ini, timbulan sampah plastik di SMAN 7 Kota Malang hanya tersisa sebanyak 1,1 kilogram per harinya. Sampah plastik tersebut kebanyakan merupakan sisa bungkus makanan minuman yang dijual di luar area sekolah.

Sementara itu, salah seorang pelajar di SMAN 7 Kota Malang Ruci Primaharani mengatakan bahwa sejak awal masuk di SMAN 7 Kota Malang, sudah diwajibkan untuk membawa tumbler untuk keperluan makan dan minum.

Ruci menambahkan, dari kebiasaan di sekolah tersebut, pada akhirnya berpengaruh pada kehidupan sehari-hari, termasuk kebiasaan yang ada di keluarganya. Ia bersama orang tuanya, selalu membawa tumbler kemanapun mereka pergi.

"Meskipun tidak di sekolah, saya selalu membawa tumbler sendiri, meskipun itu kosong. Orang tua saya juga membawa tumbler sendiri saat bepergian," ujar Ruci.

Pada 2019, SMAN 7 Kota Malang berencana untuk menerapkan penggunaan wadah bukan hanya untuk air minum, akan tetapi juga untuk keperluan makan para siswa, termasuk guru-guru yang ada di lingkungan sekolah.

Program penggunaan wadah makan tersebut telah dimulai sejak 2018, dan secara bertahap akan dilakukan secara menyeluruh di lingkungan SMAN 7 Kota Malang.

Baca juga: Malang berencana batasi penggunaan kantong plastik

Baca juga: Kota Malang punya pusat daur ulang sampah baru

Baca juga: Pemkot Malang targetkan reduksi sampah hingga 200 ton per hari


Pewarta: Vicki Febrianto
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2019