Depok (ANTARA) - Universitas Indonesia (UI) menambah dua Guru Besar atas nama Prof. Dr. Ir. Eko Kuswardono Budiardjo, M.Sc yang merupakan Guru Besar Tetap Fakultas Ilmu Komputer  dan Prof. Dr. Ing. Ir. Nasruddin, M.Eng,  Guru Besar Tetap Fakultas Teknik UI.

Upacara pengukuhan dua guru besar tersebut dipimpin Rektor UI Prof. Dr. Ir. Muhammad Anis, M.Met. di Balai Sidang UI kampus Depok, Rabu.

Prof. Eko memaparkan pidato bertajuk Kualitas Proses Rekayasa Perangkat Lunak sebagai Faktor Penentu Keberhasilan Transformasi Digital di Era Revolusi Industri 4.0.
Baca juga: UI kukuhkan guru besar komputer dan manajemen

"Di era transformasi Digital Revolusi Industri 4.0 ini, perangkat lunak merupakan roh teknologi digital, tidak kasat mata tetapi menentukan bagaimana perangkat keras/sistem berfungsi dan menempatkan perangkat lunak sebagai salah satu faktor utama penunjang keberhasilan ekonomi digital," katanya.

Ia mengatakan untuk menjaga dari risiko akan serangan melalui dunia siber, dibutuhkan kemampuan anak bangsa di dalam mengembangkan, mengoperasikan, dan memelihara perangkat lunak agar kedaulatan data, keamanan bisnis, dan penyelenggaraan sistem pemerintah berbasis elektronik (SPBE) dapat terjaga.

Sepanjang 34 tahun menekuni bidang rekayasa perangkat lunak, Prof. Eko telah melahirkan pemikiran-pemikiran dan pengalaman praktis yang mendalam untuk menemukan apa sesungguhnya prinsip dasar, dan filsafat rekayasa perangkat lunak. Hal tersebut dituangkan ke dalam tujuh kata bijak atau word of wisdom terkait rekayasa perangkat lunak.
Baca juga: UI kukuhkan dua guru besar

Sedangkan Prof. Nasruddin menyampaikan pidato pengukuhan berjudul “Analisis Exergi sebagai Pendekatan Baru dalam Optimasi Multi-Objektif Sistem Energi: Sebuah Upaya Mencari Solusi secara Multidisiplin.”

Melalui kajian energi yang dilakukan, Prof. Nasruddin menunjukkan kepedulian akan pengembangan keilmuannya sebagai kontributor pembangunan, yang bukan hanya memberikan profit, tetapi juga ramah lingkungan.

Saat ini, energi merupakan 60 persen penyumbang gas efek rumah kaca dan merupakan kontributor utama terjadinya perubahan iklim. Padahal sesungguhnya hal tersebut bisa diminimalisir hingga 14 persen, jika dilakukan efisiensi pada konsumsi energi di industri dan gedung.

Oleh karena itu, pemanfaatan energi seharusnya tidak saja dipertimbangkan dari sisi profit, akan tetapi juga persoalan efisiensi dan ramah lingkungan.

Lebih lanjut, Prof. Anas menyatakan bahwa peningkatan efisiensi dan melindungi bumi dari pencemaran udara dari suatu sistem energi sangatlah penting," katanya.

Oleh karena itu, selain diperlukan teknologi yang dapat meningkatkan efisiensi dari sistem energi, diperlukan juga suatu cara untuk mengurangi emisi yang ada di udara misalnya dengan menggunakan CO2 capture melalui proses adsorpsi dengan memanfaatkan adsorbent yang bahan bakunya tersedia di Indonesia.
Baca juga: UI tambah dua guru besar Fakultas Teknik
Baca juga: Guru Besar UI: Bukan cadangan migas yang habis melainkan ide
Baca juga: Guru Besar UI terpilih menjadi Ketua IEEE Indonesia

Rumah Sakit UI siap beroperasi Januari 2019

Pewarta: Feru Lantara
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2019