butuh dana membeli tiket perjalanan berangkat ke Abu Dhabi dan pulangnya sebesar Rp10,5 juta
Wonosobo (ANTARA) - Peraih juara 1 National Young Inventors Award yang digelar Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) 2018, Muchamad Ravi Ramadhani harus mencari donatur untuk maju ke ajang kompetisi sains internasional di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab pada September 2019.

Ravi di Wonosobo, Rabu, mengatakan seharusnya dirinya kini fokus pada persiapan hasil inovasi yang bakal dilombakan, namun saat ini justru dirinya bingung untuk mendapatkan dana berangkat ke ajang internasional tersebut.

Ravi lulusan SMAN 2 Wonosobo ini terpaksa harus membuka donasi kepada masyarakat melalui laman www.kitabisa.com. Saat ini dia baru mendapat bantuan dari Bagian Kesra Setda Wonosobo Rp1 juta. Dia tidak punya banyak pilihan selain membuka donasi.

Ia lahir dari keluarga sederhana dan tinggal di Desa Bumiroso, Kecamatan Watumalang, Kabupaten Wonosobo. Dia hidup bersama tiga orang adiknya yang masih kecil serta hanya dengan seorang ibu single parent yang merupakan penjual tempe di Pasar Pagi Wonosobo.

Namun, hal ini rupanya tidak membatasi dirinya untuk terus berprestasi. Dia aktif di beberapa organisasi dan komunitas, yakni Indonesia Student and Youth Forum, Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo), Ikatan Pelajar Nahdhatul Ulama (IPNU), dan Gusdurian.

Ravi menuturkan untuk membuat karya inovasi agar layak disandingkan dengan karya-karya dari negara lain, ia harus membeli perlengkapan dan peralatan elektronika sebesar Rp8 juta, membayar biaya jasa laboratorium dan bengkel untuk bereksperimen sebesar Rp2 juta.

Selain itu, dia juga membutuhkan dana untuk membeli tiket perjalanan berangkat ke Abu Dhabi dan pulangnya sebesar Rp10,5 juta.

Baca juga: Ratusan peneliti muda ikuti perkemahan ilmiah remaja di Temanggung


Menurut dia biaya akomodasi selama berkompetisi di Abu Dhabi sudah ditanggung penyelenggara, sehingga tinggal butuh dana transportasi.

Pada 2017 Ravi memulai sebuah riset energi terbarukan (renewable energy), ia terinspirasi dari gerakan shalat untuk membuat teknologi yang dapat mengkonversi energi kinetik manusia saat beraktivitas menjadi energi listrik yang dapat digunakan untuk men-charge atau mengisi daya baterai smartphone.

Ciptaannya tersebut berhasil menjuarai Lomba Kreativitas dan Inovasi Masyarakat (Krenova) Kabupaten Wonosobo.

Kemudian setahun berselang dia berhasil bersaing dengan ribuan siswa untuk dapat menjadi juara 1 National Young Inventors Award yang diselenggarakan LIPI dan pada 2019 dia mendapatkan kesempatan luar biasa untuk maju di ajang kompetisi sains tingkat internasional yang akan diselenggarakan di Abu Dhabi.

Perjuangannya untuk meraih prestasi tersebut tidak mudah, sejak awal dia bereksperimen menggunakan dana pribadi. Bahkan, seringkali harus utang uang kepada pamannya.

Ia berharap temuannya itu kelak dapat benar-benar bisa menjadi sebuah karya yang akan dipakai manusia modern lewat sebuah start-up teknologi dan dapat memberikan manfaat yang luas untuk seluruh masyarakat.
 
Ia berharap dapat mengharumkan nama bangsa lewat kompetisi  Expo-Sciences International  (ESI) 2019  Abu Dhabi, United Arab Emirates (UAE) tersebut. 


Baca juga: Empat peneliti pelajar Indonesia menangi kompetisi Intel ISEF

 

Pewarta: Heru Suyitno
Editor: Dewanti Lestari
Copyright © ANTARA 2019