Banjarmasin (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan segera membentuk tim untuk mengatasi anjloknya harga ayam di tingkat peternak Kalimantan Selatan, dari seharusnya Rp19 ribu hingga Rp21.500 per kilogram kini hanya Rp10 ribu per kilogram.

Pelaksana Harian Dinas Perkebunan dan Peternakan (Disbunnak) Kalimantan Selatan Hanif Faisol di Banjarmasin Senin mengatakan anjloknya harga ayam menjadi hanya Rp10 ribu per kilogram membuat peternak ayam potong di daerah ini mengalami kerugian hingga 50 persen lebih dari harga yang seharusnya didapat.

Menurut dia, penurunan harga ayam dimulai sejak awal 2019 dan puncaknya terjadi pada Juni hingga sekarang.

Anjloknya harga ayam tersebut antara lain disebabkan karena para peternak meningkatkan jumlah produksi ayam potong, hingga ayam membanjiri pasaran di Kalimantan Selatan.

Kondisi tersebut diperparah dengan semakin sedikitnya permintaan pasar dari luar provinsi, seperti Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur.

Menurut Hanif, dulu Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur merupakan pasar bagi peternak Kalimantan Selatan, namun seiring dengan semakin mudah dan murahnya mengembangkan peternakan ayam, dua provinsi tersebut kini juga sebagai daerah penghasil. Sehingga, tambah dia, pasar peternakan Kalsel, kini hanya di Kalsel, tidak lagi mengirim ke provinsi lainnya.

Sebagai upaya agar kondisi tersebut tidak berlanjut, tambah dia, Pemprov Kalsel segera membentuk tim pengawasan dan pengendalian distribusi anak ayam broiler.

Selain itu, juga melakukan pembatasan produksi pada perusahaan penetasan ayam, melakukan monitoring dan evaluasi dengan mendata seluruh peternak ayam.

Pemerintah juga bakal membuat peraturan yaitu, peternak ayam yang memiliki 150 ribu ekor harus dilengkapi dengan rumah potongnya.

Sesuai Pergub no 68 2014 perusahaan DOC hanya boleh memelihara DOC hingga 30 persen untuk bisnsi dan 70 persen harus untuk eskternal, mandiri dan kemitraan.

"Jadi perusahaan DOC tidak boleh membangun peternakan yang terkoneksi dari perusahaan itu," katanya.

Saat ini pasar hanya mampu menyerap 170 ribu hingga 200 ribu ekor ayam per harinya, sementara produksinya jauh dari angka tersebut.

"Karena tidak terkontrolnya produksi penetasan anak ayam atau day old chicken (DOC) mengakibatkan terjadi over stok ayam yang sangat besar, rata-rata mencapai 50 ribu ekor perharinya," katanya.

Anjloknya harga ayam di tingkat peternak tersebut, ternyata tidak terjadi di pasaran. Hingga saat ini harga ayam di pasaran mencapai Rp35 ribu per kilogramnya.
Sehingga terjadi selisih harga yang cukup tajam antara di peternak dan di pasaran.

Baca juga: Harga ayam peternak di Jawa Tengah membaik
Baca juga: Ganjar ajak asosiasi peternak cari solusi anjloknya harga ayam
Baca juga: Kemendag serap ayam peternak untuk naikkan harga

Pewarta: Ulul Maskuriah
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2019