Surabaya (ANTARA) - Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian menyesalkan adanya kerusuhan di Manokwari, Papua Barat yang mengakibatkan gedung DPRD setempat dibakar oleh massa, Senin.

"Hari ini di Manokwari ada aksi anarkis dan pengumpulan massa di Jayapura. Ini memang di-triger dari adanya kejadian di Jatim, khususnya Surabaya dan Malang. Ini yang disesalkan," ujar Kapolri saat menjenguk anggota Polsek Wonokromo yang menjadi korban penyerangan di RS Bhayangkara Polda Jatim, Surabaya.

Menurut dia, kejadian itu sebenarnya tidak perlu terjadi karena selama ini anak-anak dari Papua yang bersekolah di beberapa daerah seperti Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Jakarta tidak pernah ada masalah.

"Cuma kemarin di-triger ada kesimpangsiuran informasi atau kesalahpahaman. Mungkin juga ada yang membuat kata-kata yang kurang nyaman sehingga saudara kita di Papua merasa terusik dengan bahasa-bahasa seperti itu," ucapnya.

Tito menuding ada pihak-pihak yang sengaja menyebar informasi tidak benar untuk kepentingannya sendiri.

Mengenai kejadian yang ada di Surabaya dan Malang, kata dia, itu hanya peristiwa kecil yang sebetulnya sudah dilokalisir dan diselesaikan oleh Muspida setempat.

"Tapi kemudian muncul hoaks mengenai ada kata-kata yang kurang etis dari oknum tertentu. Ada juga hoaks seolah-olah ada adik kita dari Papua yang meninggal, padahal tidak. Ini ada yang mengembangkan berkembang di Manokwari, di Jayapura dan kemudian terjadi mobilisasi massa," katanya.

Kepada masyarakat Papua, Tito yang pernah menjadi Kapolda Papua meminta untuk tidak mudah terpancing dengan berita yang tidak benar.

Sementara, lanjut dia, kepada masyarakat di luar Papua diminta tak membedakan cara memperlakukan anak Papua karena merupakan bagian dari bangsa Indonesia.

"Papua adalah saudara sendiri. Jadi, komunikasi perlu dijalin dan masyarakat jangan terpancing. Baik yang di Papua maupun di luar Papua, jangan mau menjadi korban adu domba atau terpancing dengan informasi yang tidak benar," tuturnya.

Pewarta: Fiqih Arfani/Willy Irawan
Editor: Yuniardi Ferdinand
Copyright © ANTARA 2019