kegiatan ini dapat juga dijadikan sebagai ajang nostalgia dan pembuktian untuk para praktisi
Jakarta (ANTARA) - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memecahkan rekor Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) dalam pembuatan 365 peta cuaca streamline (peta angin) hanya dalam waktu 1 jam 45 menit.

"Peta cuaca streamline atau peta angin adalah tahapan yang harus dilakukan oleh seorang prakirawan cuaca dalam rangkaian pembuatan prakiraan cuaca, utamanya dulu sebelum era digitalisasi," kata Kepala Pusat Meteorologi Publik, selaku ketua pelaksana Hari Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (HMKG) ke-72, Fachri Radjab dalam keterangannya yang diterima di Jakarta, Rabu.

Kegiatan yang bertajuk "Pembuatan Peta Cuaca/Streamline terbanyak di Indonesia" ini didaftarkan untuk dicatat rekornya di Museum Rekor Indonesia sebagai suatu kegiatan yang memiliki jumlah peta cuaca dan jumlah partisipan terbanyak yang dilakukan dalam waktu bersamaan, serta belum pernah dilakukan di Indonesia.

Kegiatan tersebut dilaksanakan pada Rabu (14/8) diikuti sekitar 365 orang praktisi dan pemerhati cuaca secara serentak. Angka 365 memiliki filosofi jumlah hari dalam satu tahun (yaitu tahun 2018) sehingga kegiatan ini melibatkan 365 peserta yang terdiri dari pegawai BMKG yang masih aktif, dosen, dan taruna STMKG.

Fachri Radjab mengatakan, bagi meteorologist, diketahuinya gambaran umum sirkulasi angin dalam wilayah regional menjadi syarat untuk dapat memprediksikan kemana arah pergerakan massa udara, daerah pembentukan awan, dan di mana berpotensi munculnya badai tropis.

"Pemahaman terhadap peta arah angin menjadi konsep dasar pengetahuan para praktisi cuaca dalam membuat analisa dan prakiraan cuaca," ujar Fachri.

Lebih lanjut, Fachri mengatakan sisi menarik dari kegiatan ini adalah sebenarnya para peserta sudah lama tidak membuat streamline dalam pekerjaan rutinnya, karena pengerjaan peta arah angin hanya dikerjakan oleh mereka yang bekerja di bidang dan stasiun meteorologi saja. Terlebih sudah banyak yang tergantikan oleh mesin plotter dan kecanggihan teknologi digital komputer.

"Sehingga kegiatan ini dapat juga dijadikan sebagai ajang nostalgia dan pembuktian untuk para praktisi itu untuk mengenang kembali keseruan dalam menggambar streamline," kata Fachri.

Dalam menggambar streamline, seorang prakirawan akan membuat kontur angin berdasarkan data-data cuaca yang terukur dan dilaporkan oleh Stasiun Meteorologi kepada jaringan pengamatan global di seluruh tempat di dunia pada hari itu.

Dari data-data yang terlaporkan pada jam tertentu itu, dapat ditarik dan diurutkan pola garis angin mengikuti data arah dan kecepatan angin di setiap titik pengamatan, mengidentifikasi adanya pusaran angin yang dapat menjadi badai atau siklon tropis, serta menentukan lokasi terjadinya front dingin dan front panas.

Hal unik lainnya, ujar Fachri, para peserta diminta untuk menggambar streamline di media yang bisa dikatakan “tidak biasa” berupa map plastik bening yang sudah di sablon peta Indonesia dengan menggunakan spidol hitam (biasa) dan spidol biru (permanen).

Biasanya seorang prakirawan BMKG membuat streamline dengan media kertas plotting dengan peta Indonesia di dalamnya. Karena itu, kehati-hatian peserta dalam menggambar perlu diperhitungkan.

Fachri menuturkan kegiatan pembuatan peta angin ini dilakukan sebagai bentuk apresiasi dan wujud kebanggaan BMKG terhadap kinerja dan kesungguhan prakirawan BMKG yang telah melakukan analisis cuaca garis angin yang dilakukan setiap harinya secara rutin, terus menerus, dan telah berlangsung selama 72 tahun sejak BMKG berdiri.

Baca juga: BMKG siapkan peta cuaca destinasi wisata mudahkan masyarakat melancong
Baca juga: Pakar: perhatikan peta zona bencana agar investasi aman
Baca juga: Badan Geologi akan petakan daerah rawan likuifaksi





 

Pewarta: Desi Purnamawati
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2019