Mudah-mudahan suatu saat mereka menyesal dan kembali ke pangkuan NKRI, harap Willem Wandik
Timika (ANTARA) - Bupati Puncak, Provinsi Papua, Willem Wandik mengutuk keras para pelaku pembunuhan terhadap Brigadir Polisi Anumerta Hedar, anggota Polda Papua di Kampung Usir, sekitar dua kilometer dari Ilaga pada Senin (12/8).

"Atas nama masyarakat dan Pemerintah Kabupaten Puncak kami turut berduka dan sangat menyesalkan peristiwa ini. KKB (Kelompok Kriminal Bersenjata) selalu mengganggu kami di wilayah Pegunungan Tengah mulai dari Kabupaten Puncak, Kabupaten Puncak Jaya, dan Kabupaten Nduga. Saya kutuk orang-orang itu, saya tidak mau daerah saya selalu jatuh korban seperti sekarang ini," kata Willem Wandik di Timika, Selasa.

Willem ikut memberikan penghormatan terakhir kepada jenazah Brigadir Hedar di samping gedung Terminal Penumpang Bandara Mozes Kilangin Timika, Selasa siang.

Baca juga: Brimob Sulsel persiapkan penyambutan jenazah Briptu Hedar

Jenazah Brigadir Hedar selanjutnya diterbangkan dengan pesawat Sriwijaya Air menuju Makassar, Sulawesi Selatan untuk dikebumikan di kampung halamannya.

Willem Wandik mengatakan, pembunuhan terhadap Brigadir Hedar jelas-jelas dilakukan oleh KKB.

"Ini KKB yang melakukan, jelas-jelas itu. Kami sangat menyesal dengan saudara-saudara yang membawa senjata api lalu membunuh sembarangan orang. Tuhan tidak pernah menghendaki hal-hal seperti itu. Tuhan akan balas orang-orang ini. Siapa yang mengambil darah orang, maka dia harus pertanggungjawabkan itu kepada Tuhan dan kepada alam," katanya.

Orang nomor satu di Kabupaten Puncak itu menegaskan, peristiwa tragis yang menimpa Brigadir Hedar tidak akan membuat pemerintah dan masyarakat Puncak takut untuk merayakan HUT Ke-74 Kemerdekaan RI pada 17 Agustus mendatang.

"Semua tetap aman dan terkendali, perayaan 17 Agustus tetap kami laksanakan. Kami biasa-biasa saja di sini," ujarnya.

Baca juga: Almarhum Briptu Hedar tulang punggung keluarga

Willem mengakui situasi kamtibmas di daerahnya terkadang sulit ditebak, adakalanya situasinya landai atau aman-aman saja, namun sesekali terjadi peristiwa penembakan oleh KKB.

Pemkab Puncak, katanya, sering membangun komunikasi dan pendekatan persuasif kepada KKB di wilayah itu agar tidak melakukan teror penembakan baik terhadap aparat maupun warga sipil.

"Mudah-mudahan suatu saat mereka menyesal dan kembali ke pangkuan NKRI," harap Willem Wandik.

Baca juga: Kapolda: Situasi Papua aman menjelang HUT RI

Panglima Kodam XVII/Cenderawasih Mayjen TNI Yosua Pandit Sembiring mengakui dinamika keamanan di wilayah pegunungan Papua sama sekali tidak bisa diprediksi.

"Di sini (Papua) kejadian itu situasional sifatnya, dinamikanya memang seperti itu. Ibarat di sebuah stasiun, kadang ada perampokan, ada pencurian. Sama seperti di Papua," jelas Pangdam.

Pihak TNI terus bersama-sama dengan Kepolisian setempat memberikan jaminan rasa aman kepada masyarakat agar bisa melakukan aktivitas secara normal.

"Yang jelas tidak ada penambahan anggota, semua sudah ada standar operasinya. Jumlah TNI dan Polri di Papua itu sudah terukur disesuaikan dengan semua tupoksi yang ada," kata Mayjen Sembiring.

Pewarta: Evarianus Supar
Editor: Edy Supriyadi
Copyright © ANTARA 2019