Bagi jamaah lansia sebaiknya tidak memaksakan diri untuk melontar jumroh karena bisa diwakilkan oleh teman, keluarga atau petugas kloternya, karena bukan merupakan rukun haji
Jakarta (ANTARA) - Tim Kesehatan Haji Indonesia (TKHI) difokuskan untuk pencegahan faktor risiko yang sangat rentan dan dikhawatirkan bisa membuat jamaah haji Indonesia mengalami gangguan kesehatan saat pelaksanaan ibadah haji di Arafah-Muzdalifah-Mina (Armuzna).

Kepala Pusat Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan (Kapuskes Haji Kemenkes) Eka Jusup Singka dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Kamis menyebutkan faktor risiko yang sangat diperhatikan tersebut adalah kecukupan cairan atau air minum, cuaca panas, dan kelelahan.

Ia meminta TKHI agar mengajak jamaahnya untuk sering minum air. Eka mengingatkan TKHI untuk menggagas gerakan minum air bersama setiap dua jam sekali pada pukul 10.00-16.00 waktu setempat.

Pada saat cuaca yang panas selama di Arafah dan Mina, kata dia, jamaah haji akan berada di padang pasir yang luas dan tandus. Jika harus beraktivitas keluar tenda, gunakan selalu alat pelindung diri.

“Jamaah harus pakai alat pelindung diri (APD), terutama payung dan semprotan air,” katanya.

Selain itu, kata dia,  faktor kelelahan juga menjadi perhatian di mana saat di Mina jamaah akan berjalan kaki sekitar 6-14 kilometer, mulai dari tenda ke jamarat dan kembali lagi ke tendanya.

Ia mengimbau bagi jamaah lansia sebaiknya tidak memaksakan diri untuk melontar. Aktivitas melontar jumroh bisa diwakilkan oleh teman, keluarga atau petugas kloternya, karena bukan merupakan rukun haji.

Yang berikutnya, kata dia, adalah kemampuan beradaptasi dengan lingkungannya yang bisa menimbulkan stres. Bagi yang tidak mampu cepat beradaptasi akan mengalami stres.

Faktor risiko lain, katanya, adalah perilaku jamaah yang tidak sehat seperti merokok.

Menyikapi itu semua, ia meminta TKHI untuk sering memberikan edukasi kepada jamaahnya. "Sambil menjaga sikap untuk tetap bersabar dan memohon pertolongan kepada Allah SWT. Kalian harus tetap tawadhu, banyak berdzikir dan istighfar,” katanya kepada para petugas kesehatan.

Terkait ibadah "tarwiyah" yang akan dilakukan oleh sebagian jamaah haji Indonesia, Kapuskeshaji dengan tegas meminta TKHI agar tidak ikut serta mendampingi perjalanan mereka.

Ia menegaskan tarwiyah sudah jelas bukan kebijakan pemerintah.

Konsekuensinya, jamaah haji tidak akan mendapatkan konsumsi, sarana transportasi dan akomodasi sehingga dapat menjadi kondisi yang menyulitkan bagi jamaah dan petugas, demikian Eka Jusup Singka ​​​​​​.

Baca juga: Tim Mobile Crisis gelar simulasi puncak haji di bawah suhu 41 derajat

Baca juga: Jelang puncak haji, petugas kloter 10 matangkan persiapan

Baca juga: Usulan penomoran tenda jamaah Indonesia di Arafah dan Mina disetujui


Pewarta: Aditya Ramadhan
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2019