Jakarta (ANTARA) - Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) menilai bahwa masyarakat dari berbagai kalangan juga memiliki peran penting untuk menghadapi terorisme, bukan hanya peran dan tugas dari aparat saja.

Menurut Komisioner Komnas HAM Choirul Anam, bagaimana orang tua, guru, dan berbagai kalangan lain mengajarkan perbedaan adalah salah satu hal sederhana yang bisa ditanamkan agar doktrin-doktrin yang tidak sesuai konstitusi dapat dicegah.

"Menghadapi terorisme itu gimana sih sebenarnya. Apakah pasukan-pasukan itu (Koopsus TNI). Saya rasa tidak kalau ngomong radikalisme sebagai satu 'isme', yang berperan penting bukan tentara maupun polisi," ujarnya di Kantor Komnas HAM, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis.

"Jangan-jangan yang berperan penting adalah guru-guru mulai dari TK-SMA, seperti untuk bagaimana mengajarkan perbedaan dan bagaimana meningkatkan sisi menjadi sisi positif," ujarnya pula.

Menurutnya, bukan melalui pendekatan dari tim atau pasukan khusus saja, namun, akar terorisme juga dapat dicabut melalui bagaimana sesama masyarakat dapat saling menghormati, dan itu dapat dipupuk sejak dini.

"Di banyak negara ada radikalisme, kontraradikalisme jantungnya bukan di alat, jantungnya di alat-alat yang memungkinkan orang untuk mulai lebih terbuka dan menghormati perbedaan menjadi sisi yang paling pokok," ujar Choirul.

Ia kemudian memberikan contoh sederhana untuk memulai hal tersebut. Misalnya bagaimana generasi muda atau masyarakat pada umumnya bijak dalam menggunakan gawai dan internet.

"Lebih penting temen-temen milenial yang punya handphone, seperti bagaimana milenial membuat tagar yang menyejukkan untuk mencegah radikalisme," katanya pula.

Pewarta: Arnidhya Nur Zhafira
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2019