Makassar (ANTARA) - Kepala Grup Advisory dan Pengembangan Ekonomi Bank Indonesia wilayah Sulawesi Selatan Endang Kurnia Saputra mengatakan pertumbuhan ekonomi Sulsel 'paling cantik' di Indonesia.

"Ini diibaratkan seorang gadis, sudah cantik tapi tetap rendah hati. Artinya pertumbuhan ekonomi Sulsel itu tinggi dan inflasinya tetap rendah atau terjaga," kata Endang disela ekspose survei BI Sulsel di Makassar, Kamis.

Hal itu mengacu pada data BI Sulsel yang melansir pertumbuhan pada Triwulan II 2019 naik menjadi 7,46 persen (yoy). Meningkatnya perekonomian didorong oleh Lapangan Usaha (LU) utama Sulsel yaitu LU pertanian, pertambangan, industri pengolahan, konstruksi serta Perdagangan Besar dan Eceran.

Kondisi peningkatan LU Pertanian yang tumbuh 5,44 persen (yoy), karena masih terdapat panen raya komoditas tabama (tanaman bahan makanan) di Kabupaten Maros, serta komoditas perkebunan khususnya kakao di daerah Luwu Raya.

Sementara itu, peningkatan LU Tambang yang mencapai 1,47 persen (yoy) didorong oleh produksi nikel matte yang tetap tinggi (17.631 MT) seiring dengan telah kembali beroperasinya bendungan Larona ke kapasitas normalnya, serta penurunan energi khususnya diesel dan batubara yang menjadi biaya terbesar perusahaan tambang terbesar di Sulsel.

"LU Industri pengolahan yang meningkat seiring dengan peningkatan Industri Besar dan Sedang pada kelompok bahan makanan seiring dengan tingginya permintaan masyarakat saat Hari Besar Keagamaan Nasional," katanya.
Kepala Grup Advisory dan Pengembangan Ekonomi Bank Indonesia wilayah Sulawesi Selatan Endang Kurnia Saputra disela ekspose hasil Survei BI Sulsel di Makassar, Kamis (08/08/2019). ANTARA Foto


Sementara mengenai perkiraan pertumbuhan ekonomi Sulsel pada triwulan III 2019, lanjut dia, masih kisaran 6,80 persen - 7,20 persen (yoy).

Hal itu didorongan oleh perekonomian pada triwulan III 2019 berasal dari investasi yang diperkirakan meningkat seiring dengan semakin mendukungnya iklim investasi di Sulsel, terlihat dari pemilihan kepala daerah yang kondusif.

Selain itu, ekpor luar negeri yang tinggi pada triwulan III 2019 juga meningkat seiring dengan pengiriman yang dialihkan dari triwulan II ke triwulan III, karena jumlah hari kerja yang terbatas pada triwulan II 2019.

Terkait dengan pendistribusian uang kartal, Pj Kepala Grup Sistem Pembayaran, Pengelolaan Uang Rupiah dan Layanan Administrasi BI Sulsel Iwan Setiawan mengatakan, salah satu peranan bank sentral di negara manapun adalah mendistribusikan uang.

"Ekspedisi ke daerah 3T (Terdepan, Terluar dan Tertinggal) di Sulsel sudah dimulai 2016 hingga saat ini sedikitnya sudah disasar 30 pulau yang masuk 3T," katanya.

Hal itu dinilai penting, karena selain mendistribusikan uang dan menarik uang yang sudah tidak layar edar, juga membantu menyosialisasikan ke masyarakat ciri-ciri uang asli agar dapat mengantisipasi peredaran uang palsu dan dapat melaporkan jika menemukan uang yang dicurigai palsu.

Baca juga: Gubernur paparkan potensi ekonomi Sulsel di KTT G20 Osaka

Baca juga: Gubernur Sulsel: Kedatangan misi dagang Belanda harus dimaksimalkan

Pewarta: Suriani Mappong
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2019