Medan (ANTARA) - Bank Indonesia (BI) memperkirakan perekonomian Sumatera Utara tahun 2020 bisa berada pada posisi terjelek di kisaran1,2 - 1,6 persen secara "year on year" kalau pandemi COVID-19 masih terus berlangsung.
"Perekonomian anjlok karena industri, ekspor dan pariwisata terganggu serta daya beli masyarakat turun," ujar Kepala BI Perwakilan Sumut, Wiwiek Sisto Widayat di Medan, Rabu (3/6).
Menurut dia, perekonomian Sumut pada triwulan II 2020, misalnya diprediksi tumbuh terbatas dari triwulan sebelumnya.
Baca juga: BI: Hanya usaha sektor konstruksi yang bertumbuh di Sumut
Dari sisi permintaan domestik, konsumsi rumah tangga diprakirakan tumbuh melambat dipengaruhi oleh penurunan daya beli masyarakat akibat terganggunya kinerja dunia usaha dan pembatasan aktivitas masyarakat untuk menahan laju penyebaran
"Untuk menopang pertumbuhan ekonomi Sumut agar bisa di kisaran tiga persen, BI memperhitungkan perlu dana anggaran mencapai Rp5,0 triliun Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB)," katanya.
Baca juga: BI: Jumlah merchant QRIS di Sumut terus meningkat
Menurut Wiwiek, anggaran sebesar itu dialokasikan untuk menopang pertumbuhan ekonomi masa normal baru di triwulan II 2020 sebesar Rp2,1 triliun dan triwulan III sebesar Rp2,9 triliun.
"Jadi kalau anggaran Pemprov Sumut hanya Rp1,5 triliun - Rp2,7 triliun, diperlukan tambahan Rp2,3 triliun - Rp3,5 triliun lagi," ujarnya.
Pemprov Sumut, katanya, harus melakukan "refocusing" APBD untuk mendorong industri padat karya seperti industri tekstil, industri barang dari kayu, dan penyediaan makan minum.
"Dana yang tersedia jangan hanya digunakan untuk bansos, namun untuk menopang roda perekonomian," katanya.
Wiwiek menegaskan, kalau pandemi COVID-19 berakhir, diyakini sejumlah sektor seperti pariwisata, makan minum, e-commerce, hiburan dan industri akan mengalami pertumbuhan yang signifikan.
BI: Pertumbuhan ekonomi Sumut hanya 1,2 - 1,6 persen
Rabu, 3 Juni 2020 23:17 WIB 1246