Tanjungbalai, (Antaranews Sumut) - Sudah dua minggu angin kecang disertai hujan lebat melanda perairan Selat Malaka mengakibatkan nelayan tradisionil warga Kota Tanjungbalai, Provinsi Sumatera Utara enggan melaut dan hasil tangkapan juga merosot.
Zulkifli (48) seorang nelayan jaring warga Tanjungbalai mengatakan, angin kencang dan gelombang datang tidak terprediksi sehingga membuat kalangan nelayan sulit untuk menjatuhkan alat tangkap ke tengah laut.
"Kencangnya hembusan angin, tingginya gelombang bahkan hujan lebat membuat kami takut. Dengan alasan keselamatan, untuk sementara lebih baik tidak melaut," ungkap Zulkifli warga Kecamatan Teluk Nibung ini, Senin.
Ia menambahkan, kalaupun dipaksakan melaut, hasil penjualan ikan tangkapan tidak sebanding dengan biaya operasional yang dikeluarkan untuk melaut.
Untuk menutupi kebutuhan keluarga, Zulkifli ayah dari tiga orang anak ini untuk sementara mengaku menjadi buruh harian lepas disalah satu gudang pengiriman ikan di dekat rumah tempat tinggalnya dikawasan Kelurahan Pematang Pasir, Kota Tanjungbalai.
"Sementara ini saya terpaksa jadi buruh lansir dari satu gudang ke gudang lain. Lumayanlah hasilnya cukup untuk kebutuhan sehari-hari," katanya.
Selain berdampak terhadap kalangan nelayan, buruknya cuaca dilaut juga menyebabkan harga ikan mengalami kenaikan yang signifikan. Ikan Gembung yang biasanya Rp30 ribu menjadi Rp42 ribu per kilo gram (kg), ikan Senangin ukuran sedang Rp45 ribu menjadi Rp53 per kg.
Demikian juga ikan Gulama dari harga Rp20 ribu menjadi Rp28 ribu per kg, ikan Sebelah Rp30 ribu meningkat jadi Rp37 ribu per kg. Harga jenis ikan lainnya turut meningkat dalam kisaran Rp10 ribu hingga Rp12 ribu per kg.***4*** (KR-YWK)
Angin kencang, nelayan enggan melaut
Senin, 17 September 2018 12:24 WIB 2609
Kencangnya hembusan angin, tingginya gelombang bahkan hujan lebat membuat kami takut. Dengan alasan keselamatan, untuk sementara lebih baik tidak melaut