Tapanuli Selatan (Antaranews Sumut) - Masyarakat Sipirok ingin mengembalikan kejayaan cabe di era Tahun 80-an di Kabupaten Tapanuli Selatan.
"Keinginan masyarakat akan swasembada cabe semakin tinggi," kata Mara Adil Hutasuhut, ketua kelompok tani Mekar Sari di Sipirok, kepada Antara, Minggu.
Dia memperkirakan luas pertanaman cabe menyebar di Sipirok saat ini lebih kurang seribu mulsa (satu mulsa diatas luas lahan satu rante atau 20 m x 20 m dengan isi tanaman seribu batang) atau sejajar dengan satu juta batang pohon cabe.
"Dengan hasil panen minimal 0,6 ons saja per batang dikali satu juta batang cabe maka Sipirok akan dapat menghasilkan 600 ton cabe merah keriting jenis super,"katanya.
Kollom Siregar disamping pedagang pengumpul sekaligus petani cabe Sipirok, mengatakan, ditingkat petani harga cabe merah keriting saat ini merangkak naik dikisaran 20 - 25 ribu rupiah sedang ditingkat pengecer 28 - 32 ribu/kilo.
Kollom sendiri mengaku Sumatera Barat satu satunya daerah menjadi pelanggan tetap cabe-cabe Sipirok setiap penennya, disamping terkadang ke Riau. Ketika panen raya dalam per minggunya bisa mencapai 30 - 40 ton.
Baik Kollom maupun Mara Adil yang saat ini membina sekitar 15 Koptan, keduanya mengisahkan kejayaan Sipirok ada di era Tahun 80-an kebawah dimasa kepemimpinan (alm) Raja Inal Siregar. Saat itu katanya hampir setiap minggu dan setiap desa mengeluarkan cabe berpuluh-puluh ton untuk luar daerah.
"Namun di era Tahun 2000 - an, dampak hama penyakit tanaman ditambah cuaca ekstrem plus harga komoditi cabe tak menentu menyebabkan petani beralih atau fokus ke tanaman padi sawah," katanya keduanya.
Hanya saja, akhir-akhir ini dengan mempelajari harga serta bibit tanaman yang tahan terhadap cuaca petani cabe Sipirok mulai kembali bangkit dan gigih untuk mengembalikan kejayaan cabe era Tahun 80-an tersebut.
"Saat ini masyarakat petani sudah mulai bangkit dan bahkan rela pinjam pakai tanah dari orang lain demi budi daya cabe merah demi mengembalikan kejayaan cabe Sipirok,"kata keduanya.
Disinggung soal perhatian pemerintah selama ini, keduanya mengakui ada, hanya saja belum merata kepada seluruh kelompok tani di daerah itu.
"Harapan kami masyarakat petani, pemerintah melalui pihak terkait dapat melakukan pembinaan secara optimal agar tingkat kesejahteraan petani khususnya di bidang hortikultura di daerah ini lebih meningkat,"kata Sahrin Hutasuhut petani cabe lainnya menimpali.
Sementara pihak dinas Pertanian Daerah Tapanuli Selatan melalui Kabid Sarana dan Prasarana Aidin Harahap, kepada Antara, Minggu, mengatakan, pihaknya akan tetap perhatian kepada masyarakat petani di daerah itu.
"Tahun ini rencannya kita akan mendapatkan bantuan tanaman cabe seluas 15 hektare yang tersebar di beberapa Kecamatan di Tapsel. Kiranya bantuan tersebut cepat terealisasi,"katanya.
Bantuan itu berupa Saprodi (sarana produksi) berupa bibit, mulsa, pestisida, dan lainnya bersumber APBN Tahun anggaran 2018 dan Dinas Provinsi Sumatera Utara sebagai leading sektornya.
Sipirok bertekad kembalikan kejaaan cabe
Minggu, 16 September 2018 10:42 WIB 5633