Panyabungan (Antaranews Sumut) - Dampak kenaikan harga beras yang terjadi di kabupaten Mandailing Natal diakibatkan penjualan gabah oleh petani kepada toke dan tengkulak pada pasca panen.
Dengan adanya penjualan gabah-bagah oleh petani tersebut pada pasca panen, mengakibatkan kekosongan gabah ditengah-tengah masyarakat petani. Sehingga pada masa-masa tertentu kebutuhan beras didaerah itu mengalami kekurangan sehingga mengakibatkan harga beras mengalami kenaikan.
Untuk daerah kabupaten Mandailing Natal saat ini kenaikan harga beras mencapai Rp. 300 sampai Rp. 500/kilogramnnya.
Kepala Dinas Pertanian Mandailing Natal, H. Taufik Zulhandra Ritonga menyampaikan, terjadi kenaikan harga beras dikawasan itu disebabkan karena para petani kerap melakukan penjualan gabahnya kepada para toke atau tengkulak pasca panen.
"Pada saat panen para toke atau tengkulak datang dari luar Madina untuk membeli harga gabah petani dengan harga tinggi,sehingga mengakibatkan kekosongan pada gabah ditingkat petani pada pasca panen," katanya.
Ia mengatakan, para toke atau tengkulak tersebut dilapangan melakukan penebusan harga gabah kering kepada petani mencapai Rp. 5000/ kilogramnya sehingga membuat para petani merasa tergiur untuk menjual gabahnya.
"Belum sampai kerumah gabah tersebut sudah dijual petani, " ujarnya.
Didaerah kabupaten Mandailing Natal hampir sebanyak 75% dari para petani yang ada menjual hasil panennya ke luar daerah. Akibatnya pada masa-masa tertentu gabah-gabah tersebut ditengah-tengan masyarakat petani mengalami kekosongan.