"Produksi lokal hanya sebanyak 1,5 juta butir per tahun. Nilai produksi tersebut hanya mampu memenuhi kebutuhan komsumsi senilai empat persen. Padahal tingkat komsumsi telor di daerah ini, tinggi," katanya, Jumat.
Menurutnya, setiap tahun tingkat komsumsi telor masyarakat Taput sekitar 34 juta butir. Tingginya
tingkat kebutuhan komsumsi tersebut tidak dapat dipenuhi oleh total nilai produksi lokal yang hanya sejumlah 472.770 butir per tahun.
"Jika peternakan unggas berhasil ditekuni, maka peluang bisnis untuk memenuhi kebutuhan telor tersebut tentu saja akan dapat dipenuhi produksi telor lokal," sebutnya.
Selama ini, kata dia, tingginya komsumsi telor tersebut dipenuhi dari pasokan luar daerah yang berdasarkan asumsi mencapai jumlah sekitar 33 juta butir per tahun.
Dikatakan, upaya meningkatkan jumlah populasi unggas petelur yang saat ini masih sangat kekurangan juga akan menjadi prioritas pihaknya. Sebab, meski setiap tahunnya dilakukan pengadaan. Hal tersebut masih belum mampu meningkatkan produksi telorsecara signifikan"Tingginya kebutuhan komsumsi telor ini juga berbanding terbalik dengan rendahnya populasi unggas ayam dan itik yang kita miliki. Makanya, selain peternak unggas yang kita harapkan serius menekuni profesinya, kita juga akan terus mengupayakan peningkatan populasi unggas," pungkasnya.