Medan, 18/1 (ANTARA) - Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution menegaskan BI akan menjaga nilai tukar rupiah terhadap dolar AS tetap berada di kisaran Rp9.400-Rp9.600 dari saat ini Rp9.700 per dolar.

"Diakui kondisi nilai tukar rupiah melemah dan BI tidak ingin hal itu berlangsung lama. BI sudah dan akan mengeluarkan beberapa kebijakan agar rupiah menguat kembali atau di kisaran Rp9.400-Rp9.600 per dolar AS," katanya di Medan, Jumat.

Dia mengatakan itu pada acara serah terima jabatan dan pelantikan Kepala Kantor Perwakilan BI Wilayah IX Sumut-Aceh dari Nasser Atorf kepada Hari Utomo.

Nasser Atorf memasuki masa purna bakti, sementara Hari Utomo adalah mantan Kepala Kantor BI Wilayah Provinsi Riau.

Darmin mengakui, pelemahan rupiah saat ini berlebihan karena sebelumnya hanya berada pada kisaran Rp8.800 per satu dolar AS.

"Pelemahan rupiah sudah masuk pada proporsinya atau secara fundamental jadi memang perlu fokus mengendalikannya," katanya.

Menurut Darmin, menguatnya dolar AS atas rupiah, satu sisi memang menguntungkan eksportir, tetapi bagi importir sebaliknya.

BI akan berupaya terus melakukan penyeimbangan agar tidak membuat kerugian, katanya.

Upaya BI menekan melemahnya lagi nilai tukar rupiah atas dolar AS antara lain menjaga peredaran uang di tengah masyarakat agar tidak berlebihan.

Banyaknya uang beredar dikhawatirkan membuat pembelin valas termasuk untuk keperluan impor meningkat yang bisa memicu menguatnya lagi dolar AS.

Untuk menekan peredaran uang yang berlebihan, BI menarik uang di tengah masyarakat dan begitu juga sebaliknya.

Dia memberi contoh akhir 2012, pemerintah mengeluarkan uang untuk mengejar pelaksanaan APBN lebih dari Rp120 triliun dalam sebulan.

Uang itu kemudian ditarik perlahan dengan menggunakan instrumen-instrumen yang ada dan saat diperlukan akan kembali disalurkan kepada masyarakat.

"Apabila uang dibiarkan di tengah masyarakat pasti tidak akan terkendali. Jadi sebagian besar uang beredar akan ditarik dulu dengan instrumen-instrumen yang ada," kata Darmin.

Selain itu, kata dia, BI juga tetap mengendalikan inflasi bekerja sama dengan setiap pemerintah provinsi/kabupaten/kota.

Pengendalian uang dan inflasi yang dibuat Indonesia itu membuat perekonomian nasional dalam dua-tiga tahun terakhir ini lebih stabil dibandingkan negara lain seperti China dan India .

Pada 2012, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih terjaga sebesar 6,5 persen sedangkan China turun dari 9 persen menjadi 7,5 persen dan India turun menjadi 6 persen dari 8 persen sebelumnya.

Kepala Kantor Perwakilan Wilayah IX Sumut-Aceh yang baru, Hari Utomo mengatakan dia akan berupaya maksimal untuk menjaga kestabilan ekonomi Sumut yang selama ini selalu lebih tinggi dari rata-rata ekonomi nasional.

Begitu juga dengan pengendalian inflasi yang jauh lebih terkendali dari nasional.

Pencapaian tingkat ekonomi Sumut 2012 sebesar 6,2 persen dan inflasi sebesar 3,8 persen perlu dijaga, katanya.***3***
(T.E016/B/N002/N002)

Pewarta:

Editor :


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2013