Terlahir dengan "Apgar Score" yang kurang bagus, mengalami masa balita dengan tumbuh kembang yang kurang baik, selama masa-masa awal balita nya hidup sederhana mengikuti ibunya yang bertugas sebagai dokter umum di puskesmas di pesisir utara Madura.

Turut mengalami 5 tahun tanpa jaringan dan sinyal telepon, dan sempat juga mengalami 1 tahun tanpa listrik, lalu selama kuliah diuji dengan berbagai tantangan, termasuk harus "struggled" dengan kesulitan finansial.

Tapi Alhamdulillah, pada 16 Juni 2024 waktu Pasifik, Adik Pras atau Bram, panggilan untuk Bramasto Rahman Prasojo, diwisuda menjadi sarjana dengan 2 gelar sekaligus di bidang teknik "yang termasuk jurusan-jurusan paling berat (two hardest majors)", yakni Aerospace Engineering dan Mechanical Engineering dari University of California Davis (UC Davis). 

Ada kemungkinan Pras atau Bram adalah "First Indonesian" atau anak Indonesia pertama yang lulus S1 dengan 2 gelar ganda di bidang Aerospace Engineering dan Mechanical Engineering, keduanya dari universitas di Amerika. 

Pras adalah putra kedua (bungsu) dari pasangan Dr Gede Pardianto, seorang dokter mata di Medan dan Dr Diyah Purworini, seorang dosen Akper di Medan.

Pras diterima di UC Davis sebelum benar-benar lulus SMA. Sejak September 2020, ia memulai kuliah sebagai "freshman student" (mahasiswa tingkat satu) selama satu tahun penuh dari rumahnya di Medan karena pandemi COVID-19. 
Sekeluarga, di depan gedung "California State Capitol" di kota Sacramento, ibukota negara bagian California. (ANTARA/HO)

Berkat perbedaan waktu 14 atau 15 jam antara Indonesia dan California, maka saat itu Pras harus berjuang, siang jadi malam dan malam jadi siang demi mengikuti kuliah dan menyelesaikan tugas serta ujian-ujiannya. 

Jam bangun dan tidurnya menjadi kacau selama setahun. Beruntung prestasi kuliahnya tidak terganggu, bahkan  bagus. Baru mulai September 2021, Pras berhasil menjalani kuliah sebagai "sophomore" (mahasiswa tingkat dua) secara tatap muka langsung di kampusnya, di kota Davis, California dan sejak itu dia belum pernah mudik ke tanah air.

Semenjak sekolah dasar (SD Pertiwi Medan), Pras cukup kompetitif, kreatif dan sudah lancar berbahasa Inggris, walaupun sebelumnya, pada awal masa kanak-kanaknya banyak mengalami ujian. Puluhan medali dan trofi tingkat provinsi, nasional dan internasional berhasil dia menangkan. 

Termasuk belasan medali emas, antara lain di Stuttgart, Melbourne, Manila, New Delhi dan 2 even di Amerika, berjaya dia rebut untuk Indonesia. Diapun beberapa kali diundang ke istana merdeka sebagai teladan nasional yang mengharumkan nama bangsa, pada beberapa peringatan HUT Kemerdekaan RI. 

Minatnya di Aerospace Engineering berawal saat penelitiannya bersama kakaknya dan tim SMA nya (Sekolah Chandra Kumala, Deli Serdang) terpilih oleh NASA untuk diterbangkan ke Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) tahun 2018 melalui misi NASA OA9. 

Dalam tim itu, Pras berperan sebagai Engineer. Penelitian itu mendapat penghargaan "honorable mention" dalam even bergengsi American Society of Gravitational and Space Research (ASGSR) di Bethesda, Maryland. 
 
Pras, di Memorial Union, UC Davis. (ANTARA/HO)

Lalu kemudian di tahun 2019, kakaknya Fira Fatmasiefa diterima masuk jurusan Astrofisika di University of California Berkeley (wisuda tahun lalu, 2023), yang semakin menginspirasi dan memotivasi Pras yang sejak kecil gemar robotika dan mekanika untuk berusaha masuk dan diterima di College of Engineering, di UC Davis.

Selama kuliah di UC Davis, minat dan bakatnya berkembang pesat. Oleh profesor-profesornya Pras disarankan agar menempuh "double major", yaitu kuliah di dua jurusan sekaligus, di bidang Aerospace Engineering dan Mechanical Engineering.

Sebanyak 212 SKS mata kuliah Engineering, Alhamdulillah berhasil dia tempuh selama 4 tahun kuliah di College of Engineering, di UC Davis. 

Aerospace Engineering sendiri terdiri dari 2 aspek dasar, yaitu Aeronautics dan Astronautics. Sejak awal, Pras sangat terinspirasi oleh "Eyang" Habibie, seorang begawan agung bidang Aeronautical Engineering (Teknik Dirgantara). 

Kini selain Aeronautical Engineering, Pras juga belajar tentang Astronautical Engineering (Teknik Antariksa) di negara yang paling maju dalam bidang luar angkasa. Hal itu memberi kesempatan bagi Pras untuk bisa belajar teknologi rudal, jet tempur, teknologi siluman, juga roket dan wahana antariksa (spacecraft) seperti capsule, satelit, rover, probe, teleskop luar angkasa, dan lain-lain. 
"Let there be light", sasanti University of California. Termasuk di dalamnya, University of California Davis (UC Davis). (ANTARA/HO)

Dalam tugas akhirnya yang disebut "Senior Design Capstone Project" Pras mengajukan project dengan judul "Hybrid Wing Heavy Lift Aircraft". 

Tugas akhir ini memenuhi "assignment" atau penugasan dari UC Davis, yang berkoordinasi dengan American Institute of Aeronautics and Astronatics (AIAA), untuk mendisain purwarupa masa depan (future prototype) bagi pesawat angkut serbaguna C5 - Super Galaxy buatan Lockheed Martin, demi untuk mendukung tugas-tugas taktis dan strategis, termasuk tugas-tugas kemanusiaan di masa mendatang. 

Tugas akhir ini dipresentasikan dalam "Senior Design Showcase" yang dinilai oleh profesor-profesornya, juga dinilai oleh perwakilan dari AIAA dan Lockheed Martin. 

Selama kuliah, Pras aktif di banyak kegiatan positif, termasuk sepatu roda yang mahir dan dengan terampil dia kuasai, juga kegiatan di bidang rocketry.

Pras adalah "captain" di club rocketry UC Davis yakni Aggie Propulsion and Rocketry Laboratory (APRL). APRL beberapa kali menerbangkan roket-roketnya di gurun Mojave di California dan juga gurun di Nevada. Pras adalah "rocket launcher" dengan sertifikasi dari National Association of Rocketry (NAR). 

Dia kemungkinan juga adalah anak Indonesia pertama yang ikut berpartisipasi menerbangkan roketnya di forum University Space Launch Initiative (USLI) yang diselenggarakan oleh NASA di fasilitas NASA Marshall Space Flight Center di Huntsville, Alabama. 
Bramasto (Pras) di depan posternya saat presentasi karya akhir dalam "Senior Design Showcase", College of Engineering UC Davis, 6 Juni 2024 (ANTARA/HO)

Saat ini, kakaknya, Fira diterima mengikuti program doktoral bidang Astrofisika/Astronomi di Boston University dengan beasiswa penuh atau full scholarship. Hal itu tentu sangat menginspirasi bagi Pras. 

Namun sekarang ini Pras masih ingin mencari banyak pengalaman, karena dia merasa kemampuannya masih sangat jauh dari sempurna, sambil terus memotivasi dan menginspirasi adik-adiknya, aktif dalam forum-forum pendidikan bagi anak-anak dan remaja Nusantara.

Pras memohon doa restu agar dianugerahi kemampuan untuk terus berbuat kebajikan dan kemanfaatan, juga berbakti, mengibarkan merah putih seperti yang sejak kecil-belia telah dia lakukan, dan mengharumkan nama Indonesia - dari Amerika, sebagai Diaspora Indonesia. 

Semoga Tuhan Yang Maha Berkat berkenan menolong Bramasto Rahman Prasojo.

 
Berpartisipasi dalam University Student Launch Initiative (USLI) di fasilitas NASA Marshall Space Flight Center di Huntsville, Alabama. (ANTARA/HO)



Pewarta: Rillis

Editor : Juraidi


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2024